Intip Jual Beli Obat Keras Tramadol di Tanah Abang, Pembelinya Kuli Proyek, Pedagang hingga Pengamen
Para penjual yang terdiri dari wanita dan laki-laki itu menawarkan obat kepada siapapun yang lewat di sepanjang trotoar jembatan
Editor: Eko Sutriyanto
Selain di kawasan Pasar Tanah Abang, Tribunnews juga menyusuri penjualan Tramadol di Pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur.
Berbeda dengan di Tanah Abang yang penjualannya dilakukan terang-terangan, di Pasar Pramuka penjualan Tramadol dilakukan agak sedikit sembunyi-sembunyi.
Saat Tribunnews memarkirkan kendaraan tepat di samping pasar dan akan masuk ke area Pasar Pramuka, seorang pria berbadan kurus tiba-tiba menghampiri.
Pria yang mengenakan baju abu-abu cukup lusuh itu kemudian bertanya keperluan datang ke Pasar Pramuka.
Tim Tribunnews kemudian menyebut hendak membeli Tramadol. Dengan mata agak sayu karena kelopak matanya yang menurun, pria tersebut langsung menggetok harga barang yang ingin dibeli.
"Tramadol mah enggak ada (di dalam Pasar Pramuka), kalau mau saya ada, tapi harganya Rp200 ribu satu strip, mau?" ucapnya.
Kaget mendengar harga yang disebutkan pria tersebut, tim Tribunnews kemudian mencoba menawar dengan harga yang cocok.
Namun, proses tawar-menawar itu gagal karena dia hanya menurunkan harga obat itu menjadi Rp150 ribu per stripnya.
Dengan gaya berbicara 'menyeret' layaknya orang mabuk, dia mengalihkan dari Tramadol dengan menawarkan obat keras yang dia sebut sejenis dengan Tramadol.
Obat itu bernama Dexa.
"Ada yang murah, cuman dia apa namanya, karungan-karungan, tanpa kemasan gitu jadi bang, itu Dexa. Itu sudah dimasukin klip (plastik obat berwarna biru) isi 10 butir itu kena Rp150 ribu," ungkapnya.
Dari hasil penelusuran di Pasar Pramuka, kami menemukan dua obat dengan nama Dexa tersebut yakni Dexamethasone untuk untuk mengobati radang kulit, sendi, paru-paru, dan organ lainnya, serta Alprazolam Dexa yakni obat penenang untuk mengatasi gangguan kecemasan dan gangguan panik dan masuk kategori benzodiazepin.
Pria itu juga menjelaskan bahwa Dexa memiliki efek yang sama dengan Tramadol.
Bahkan, kata dia, di Pasar Pramuka pembeli lebih memilih Dexa dibandingkan Tramadol.
Setelah melewati alotnya negosiasi harga, akhirnya kesepakatan tercapai di harga Rp80 ribu per 10 butir.
"Ini beli safety (aman) kan abang," tanya pria itu dengan rasa penuh curiga untuk memastikan kami bukan polisi.
Selanjutnya, pria itu meminta kami menunggu di belakang mesin karcis parkir yang cukup tertutup.
Sambil menunggu, Tribunnews melihat lima orang pria lainnya yang melakukan hal yang sama kepada pengunjung Pasar Pramuka.
Sesekali orang-orang itu melirik sinis. Setelah kurang lebih 10 menit menunggu, akhirnya pria yang pertama itu datang dari arah dalam pasar dengan dua plastik diikat di bagian depan ikat pinggangnya yang berisikan obat-obat.
Transaksi pun berjalan sembunyi-sembunyi. Tangan pria itu menjulur ke bagian paha kiri untuk memberikan obat tersebut agar tak terlihat orang lain.
"Ini barangnya," ucap pria itu.
Setelahnya, Tribunnews bergegas beranjak pergi dari Pasar Pramuka sambil dilihat sejumlah rekan pria tersebut. (tribun network/abd/dod)