MPR: Ada Sisi Positif dan Negatif di Era Reformasi
Dalam era reformasi, kata Zulkifli, siapa saja dengan latar belakang apapun bisa menjadi pemimpin.
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Saat memberi sambutan dalam pembukaan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) I Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (17/2/2016) malam, Ketua MPR Zulkifli Hasan mengatakan reformasi yang terjadi pada 1998 telah mengubah segalanya.
Dalam era reformasi, kata Zulkifli, siapa saja dengan latar belakang apapun bisa menjadi pemimpin. Suku, agama, dan ras bukan menjadi penghalang seseorang menjadi pemimpin. "Sekarang siapapun dari beragam latar, ia bisa menjadi pemimpin," kata Zulkifli.
Ia mencontohkan Basuki T Purnama alias Ahok bisa menjadi Gubernur Jakarta, Abdurrahman Wahid bisa menjadi Presiden Indonesia. Dirinya sebagai anak kampung pun juga dicontohkan sebagai seseorang yang bisa menjadi Ketua MPR.
"Itu hasil reformasi. Siapapun bisa menjadi pemimpin," ujarnya.
Meski era reformasi mempunyai sisi positif, ia juga mengakui era reformasi juga mempunyai sisi negatif. Diungkapkan sekelompok orang yang jumlahnya 0,2 persen dari penduduk Indonesia mampu menguasai 57 persen lahan di Indonesia.
Ia membandingkan ada seseorang yang mempunyai lahan perkebunan yang luasnya melebihi daerah Bekasi. Penguasaan yang dimiliki seseorang tidak hanya dalam bidang perkebunan namun juga di sektor-sektor sumber daya alam lainnya.
Ketimpangan kepemilikan kekakayaan juga terjadi di sektor keuangan dan perbankan. Zulkifli Hasan menyebut ini ekses negatif dari era reformasi. 'Perbedaan kaya dan miskin jauh sekali," tuturnya
(Advertorial)