Sosialisasi Empat Pilar Segarkan Ingatan Terhadap Nilai-Nilai Luhur Bangsa
kita perlu mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, agar tidak tergiur nilai-nilai asing yang belum tentu sesuai dengan Indonesia
TRIBUNNEWS.COM - Para pendiri bangsa, seperti yang tergabung dalam BPUPKI merupakan orang-orang hebat yang ada pada saat itu. Mereka memiliki penguasaan ilmu yang sangat baik. Terbukti dari 69 orang anggota BPUPKI, 4 diantaranya bergelar Profesor, selain itu ada juga yang bergelar doktor. Termasuk KH, hingga gelar kebangsawanan.
Pernyataan itu disampaikan Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, saat bersama Ketua Fraksi PKS MPR RI TB. Soenmandjadja menjadi pembicara pada sosialisasi empat pilar MPR dikalangan Pengurus Daerah KAMI Jawa Barat. Acara tersebut berlangsung di Gedung Indonesia Menggugat, Jl. Perintis Kemerdekaan Bandung Jawa Barat.
Prestasi para pendiri bangsa, itu kata Hidayat harus ditiru oleh generasi muda, termasuk yang tergabung dalam KAMI. Ini penting karena persaingan dikalangan anak muda sendiri saat ini begitu besar, melihat jumlah penduduk Jawa Barat yang sangat besar.
"Bacalah buku, ini penting untuk meningkatkan pengetahuan kita. Apalagi minat baca buku dikalangan masyarakat masih sangat kecil", kata Hidayat menambahkan.
Menyangkut masalah sosialisasi empat pilar MPR RI, menurut Hidayat kegiatan tersebut memiliki tujuan yang mulia. Salah satunya adalah menyegarkan ingatan terhadap nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini penting agar generasi muda tidak melupakan nilai-nilai luhur bangsanya, dan memuja nilai-nilai dari luar.
Semantara TB Soenmadjadja, antara lain mengatakan, saat ini Pancasila mengalami persoalan pelik. Peroalan itu Antara lain menyangkut Pengejawantahan pancasila, Kesepakatan memaknai nilai-nilai Pancasila serta terjadinya silang sengketa tentang Pancasila. Peroalan ini muncul menurut Soenmandjadja karena ketiadaan lembaga yang bertugas melakukan sosialisasi, seperti yang dulu menjadi tugas BP7.
"Karena itu kita perlu mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, agar tidak tergiur nilai-nilai asing yang belum tentu sesuai dengan Indonesia", kata Soenmandjadja menambahkan.