Arus Informasi Global Kian Deras, Gus Jazil Ajak Anak Muda Jaga Budaya Leluhur
Menurut Gus Jazil, tantangan yang dihadirkan deras teknologi membuat hal-hal positif yang dimiliki bangsa ini perlahan-lahan hilang.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM – Perkembangan teknologi, terutama teknologi informasi membuat arus informasi global mengalir cukup deras. Kondisi ini berpotensi menggerus berbagai budaya Nusantara.
Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid mengatakan, saat ini banyak anak muda yang lebih mengenal budaya asing dibandingkan budaya sendiri. Misalnya keris, lama-lama tidak ada lagi orang yang mengerti dan mencintai keris.
”Siapa anak muda kita yang mengerti soal keris? Makin jauh saja. Tapi siapa di antara anak kita yang tidak mengerti media sosial, game online sedangkan pusaka yang kita punya, baik berbentuk benda, nilai budaya, lama-lama kita geser. Di dunia global ini, anasir-anasir asing cukup kuat, anak-anak kita lupa dengan dirinya sendiri, lupa jati dirinya, tidak mengerti apa yang mereka punya,” ujar Gus Jazil saat kegiatan Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di Kabupaten Badung, Bali, Jumat (25/2/2022).
Hal lainnya, misalnya nama-nama khas daerah, seperti di Bali I Wayan, Ida Bagus, dan lainnya, hal seperti itu harus terus dijaga dan dilestarikan.
”Ini kalau tidak kita jaga lama-lama hilang. Kita tidak bangga dengan namanya sendiri. Lama-lama bergeser, tak bangga dengan sebutan dirinya sendiri,” urainya.
Menurut Gus Jazil, hal itu menjadi tantangan ke depan. Derasnya teknologi membuat hal-hal positif yang dimiliki bangsa ini perlahan-lahan hilang.
”Tak dipungkiri, ada banyak sisi positif dari perkembangan teknologi, tapi disisi lain memiliki dampak negartif sehingga hal-hal yang sifatnya warisan budaya seperti pusaka dianggap kuno, ketinggalan zaman, tak mencerminkan sesuatu yang baru, itu bahaya buat anak-anak kita,” urainya.
Gus Jazil mengaku kagum dengan keberagaman dan adat istiadat Bali yang masih terjaga dengan sangat bagus. Wakil Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini berharap, PKB dan juga Nahdlatul Ulama (NU) bisa menjadi bagian yang menyatu dari adat dan istiadat Bali.
”Saya melihat Bali ini luar biasa. Bali merupakan taman sari kemajemukan Indonesia. Bali seperti taman bunga yang semua bisa hidup disini. Merah, kuning, biru, hijau, ini simbol kemajemukan. Kehadiran saya hari ini, sungguh-sungguh bagi saya perasaan yang sangat membanggakan sebagai Wakil Ketua MPR RI yang bertugas menjaga Empat Pilar Kebangsaan,” ungkapnya.
Gus Jazil menyampaikan bahwa PKB yang dilahirkan oleh NU merupakan partai nasionalis religius yang tidak pilah-pilih kelompok.
”PKB dilahirkan dari para ulama yang diinfakkan untuk menjaga bangsa ini. Kalau ada yang tidak sepakat dengan konsensus kebangsaan, pasti bukan PKB. Kalau ada yang intoleran, dengan tetangga nggak baik, pasti bukan PKB. NU melahirkan PKB untuk menguatkan pilar-pilar kebangsaan, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945 yang kalau disingkat PBNU. Ini 4 pilar warisan yang luar biasa,” katanya.
Menurutnya, para tokoh bangsa zaman dulu merumuskan 4 Pilar bukan sesuatu yang mudah untuk Indonesia yang dicita-citakan dan kerukunan bangsa yang sangat majemuk.
”Makanya, di Bali ini supaya benar-benar menjadi taman sari Indonesia, agar warna bunga hijaunya sedikit ditampilkan. Hijau (PKB) sekali-kali menjadi bunga, jangan menjadi daun saja. Mudah-mudahan 2024 nanti, ada bunga warna hijau (anggota DPR RI dari PKB) di Bali untuk bersanding dengan merah, kuning, dan lainnya,” ungkapnya. (*)