Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sosialisasi Empat Pilar di Kalangan MA, Waka MPR: Wawasan Kebangsaan Warga MA Tak Perlu Diragukan

Bila Pancasila diamalkan, maka perasaan iri, dengki, hasut, senang melihat orang susah, susah melihat orang senang, dan menyebar berita hoax, tidak ak

Editor: Content Writer
zoom-in Sosialisasi Empat Pilar di Kalangan MA, Waka MPR: Wawasan Kebangsaan Warga MA Tak Perlu Diragukan
dok. MPR RI
Wakil Ketua MPR Yandri Susanto pada Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Aula Perguruan Mathla’ul Anwar (MA) Pusat Menes. 

TRIBUNNEWS.COM - Selepas Sholat Jumat, 19 Agustus 2022, ratusan warga Kabupaten Pandeglang, Banten, memenuhi Aula Perguruan Mathla’ul Anwar (MA) Pusat Menes.

Kehadiran warga yang didominasi oleh para guru di Kantor Pusat MA itu untuk mengikuti Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika atau yang lebih popular disebut Empat Pilar MPR.

Hadir dalam kegiatan yang menjadi perhatian warga di kabupaten yang berada di ujung barat Pulau Jawa itu, Wakil Ketua MPR Yandri Susanto, Wakil Ketua Umum PB MA Babay Sujawandi, Sekretraris Jenderal PB MA Jihaduddin , serta jajaran pengurus organisasi itu baik di tingkat kabupaten maupun provinsi.

Mengawali sosialisasi, Yandri di atas panggung mengundang beberapa peserta untuk menuju ke depan. Di depan para peserta yang datang dari berbagai wilayah di Pandeglang, dirinya menguji pengetahuan mereka tentang hafalan Pancasila, sejarah UUD, dan pengetahuan lainnya mengenai wawasan kebangsaan.

Di antara mereka ada yang lancar menjawab pertanyaan, ada pula yang masih perlu diluruskan. Cara sosialisasi yang demikian membuat suasana yang ada menjadi meriah, segar, dan tidak kaku.

Dalam pemaparan, Yandri mengungkapkan MA mempunyai peran penting dalam sejarah perjalanan bangsa. Sebagai organisasi yang lahir pada tahun 1916, di Menes, Pandeglang, organisasi ini telah banyak berkontribusi pada bangsa, negara, dan masyarakat.

“Sejarah bangsa tak lepas dari dinamika MA,” ujar alumni Universitas Bengkulu itu. “Banyak tokoh yang terlahir dari organisasi yang kepengurusannya tersebar di seluruh Indonesia ini,” tambahnya.

Berita Rekomendasi

Diakui organisasi yang sejak 1936 sudah melakukan muktamar itu mempunyai potensi yang luar biasa. Dirinya ingin MA lebih maju, lebih baik, dan tidak dipandang sebelah mata. Diharapkan tokoh-tokoh MA percaya diri dan lebih meningkatkan kontribusi kepada bangsa, negara, dan masyarakat untuk politik kebangsaan.

“Untuk itu jangan alergi pada politik,” tegasnya. “Sebab tanpa politik yang benar bangsa ini akan porak poranda,” tambahnya.     

Terkait wawasan  kebangsaan yang dimiliki oleh MA, Yandri menyebut tak perlu diragukan lagi. “Dalam hymne MA menyebut kata Pancasila,” tuturnya. “Wawasan kebangsaan bagi MA sudah selesai,” tambahnya.

Atas pemahaman wawasan kebangsaan MA dan kontribusi yang telah diberikan kepada bangsa, negara, dan masyarakat, membuat dirinya mengingatkan kepada pemerintah agar memperhatikan keberadaan organisasi yang memiliki berbagai badan otonom itu.

Meski politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) tidak ragu akan wawasan kebangsaan yang dimiliki oleh warga MA, Yandri tetap mengingatkan agar mereka mengimplementasikan Pancasila dalam keseharian. “Pancasila jangan hanya dihafal namun harus diamalkan,” ujarnya.

Bila Pancasila diamalkan, maka perasaan iri, dengki, hasut, senang melihat orang susah, susah melihat orang senang, dan menyebar berita hoax, tidak akan terjadi.

“Di MA, hymne yang ada menyebut Pancasila, maka hal yang demikian harus dijadikan tauladan,” ujar pria asal Bengkulu itu. “Putra putri MA harus merawat nilai-nilai Empat Pilar MPR,” tuturnya.

Sebagai ideologi yang sudah final, dirinya mengajak kepada semua untuk menjaga Pancasila. “Kalau ada yang mau mengubah Pancasila ya kita lawan,” tegasnya.

Ideologi ini lahir dari kesepakatan para founding fathers di mana di antara mereka adalah dari kalangan ulama.

Sebagai bangsa yang terdiri dari berbagai suku, agama, bahasa, budaya, dan tersebar dari Sabang sampai Merauke, Indonesia merupakan bangsa yang beragam. Keberagaman yang ada menurut Yandri harus dihargai. Sebagai negara kesatuan, seluruh warga Indonesia bisa tinggal di mana saja.

“Orang Lampung bisa tinggal di Banten, Orang Banten bisa tinggal di Lampung,” ujarnya. Bila semua berjalan sesuai dengan Empat Pilar MPR maka dirinya yakin harmoni bangsa akan tercipta. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas