Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Anas: Politik Uang Mengubur Semangat Berprestasi

Calon Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, menyatakan bahwa politik uang menjadi tantangan membangun budaya demokrasi di Indonesia.

Editor: Anwar Sadat Guna
zoom-in Anas: Politik Uang Mengubur Semangat Berprestasi
Istimewa
Anas Urbaningrum 
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Samuel Febriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
- Calon Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, menyatakan bahwa politik uang menjadi tantangan membangun budaya demokrasi di Indonesia.

Berbicara di hadapan puluhan tamu, undangan. serta wartawan, di Gedung XXI Club, Jakarta Teater,  Minggu (16/5/2010), Anas yang membacakan pidato politiknya bertema Membangun Budaya Demokrasi menguraikan, saat ini terdapat sejumlah tantangan dalam membangun budaya demokrasi di Indonesia, yaitu, patronase, dan semangat kedaerahan yang sempit.

Juga kecenderungan dipilihnya pemimpin dari status sosial yang melekat pada seseorang karena keturunan, dan kecenderungan pemenang dalam politik yang tidak mau menerima yang kalah, dan yang kalah tidak mampu menghormati yang menang.

Menurutnya, dari semua tantangan yang ia sebutkan tersebut, politik uang menjadi tantangan utama dalam membangun budaya demokrasi.

"Politik uang merusak budaya demokrasi dan menggerus kultur organisasi. Bahkan politik uang akan menjerumuskan kita ke dalam pragmatisme negatif dalam bentuknya yang paling telanjang. Politik uang yang menihilkan meritokrasi akan mengubur semangat berprestasi," paparnya.

Selain tantangan politik uang, ia juga melihat tantangan membangun budaya demokrasi lainnya adalah patronase dan adanya semangat sub nasionalisme.

Ia menilai patronase merupakan bom waktu, karena kepentingan dan kelangsungan hidup orang banyak ditumpahkan semata pada figur yang kuat. Ia mengakui saat ini terdapat kelompok yang meraup keuntungan dari situasi patearnalistik di dalam suatu kelompok dan organisasi.

"Masyarakat perlu diajak dan didik untuk percaya pada sistem dan cita-cita, bukan semata pada orang. Figur yang kuat harus secara sadar dilembagakan menjadi kekuatan sistem. Pada saat yang sama, figur yang besar dan kuat mesti didorong untuk membangun sistem yang mapan," terangnya.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas