Pertemuan Wapres dan Ketua PBNU Singgung Radikalisme
Radikalisme yang berujung pada peledakan bom bunuh diri seperti yang terjadi di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Tegalharjo,
Penulis: Y Gustaman
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Radikalisme yang berujung pada peledakan bom bunuh diri seperti yang terjadi di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Tegalharjo, Jebres, Solo, Minggu lalu menjadi isu pertemuan antara Wakil Presiden Boediono dan Ketua PBNU Said Aqil Siradj.
"Kita bincang-bincang ke sana kemari, menganalisa, memahami dan menyatakan bersama-sama mencari jalan keluar atau apa yang bisa kita lakukan menghadapi segala persoalan bangsa ini," ujar Said di kantor PBNU, Senin (26/9/2011).
Menurut Said, baik PBNU dan pemerintah prihatin atas peristiwa peledakan bom bunuh diri yang masih saja terjadi. Said menilai, persoalan radikalisme sangat serius. Makanya perlu diambil jalan keluar sejak dini. Jika dibiarkan, hal ini dapat mengancam integritas bangsa.
Dikatakannya, integritas bangsa Indonesia harus diperjuangkan semua pihak. Jangan sampai disintegrasi seperti di Somalia, Afghanistan, dan negara lain, mampir ke Indonesia. "Mudah-muhan Indonesia tak seperti itu. Kita harus pertahankan sekuat tenaga," imbuhnya.
Peledakan bom bunuh diri di GBIS Kepunton terjadi pukul 11.00 WIB. Satu orang tewas diduga pelaku peledakan. Disinyalir, pelaku Achmad Yosepa Hayat alias Hayat alias Raharjo alias Achmad Abu Daud bin Daud. Dia adalah buron peledakan bom Mapolresta Cirebon, April lalu.