Setara: Dua Bulan Polri Harus Ungkap Penembakan di Papua
Setara Institute mendesak kepada Polri agar menuntaskan kasus penembakan yang terjadi di Papua
Penulis: Yulis Sulistyawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setara Institute mendesak kepada Polri agar menuntaskan kasus penembakan yang terjadi di Papua dalam waktu dua bulan. Jika dua bulan tidak bisa terungkap, berarti kuat dugaan bahwa pembiaran oleh negara adalah kesengajaan untuk menjustifikasi bahwa Papua adalah labil dan karena itu pendekatan keamanan dan kondisi darurat dapat menjadi pilihan penanganan Papua.
"Tanpa pengungkapan kasus-kasus ini, mustahil kepercayaan masyarakat Papua akan tumbuh terhadap Jakarta. Kunci membangun kepercayaan adalah bekerja secara jujur dan bermula dari fakta yang paling nyata, yaitu penanganan tindakan kekerasan dan penembakan yang dalam 6 bulan terakhir terus terjadi. Kepercayaan adalah pula kunci untuk membangun dialog berkelanjutan antara Papua dan Jakarta," kata Ketua Setara Institute, Hendardi dalam siaran pers yang diterima Tribunnews.com, Senin(10/6/2012) malam.
Hendardi melihat kegagalan aparat Polri dalam mengungkap kasus-kasus penembakan ini mengundang tanda tanya besar, mengingat aparat Polri adalah institusi yang memiliki kewenangan untuk penanganan keamanan dan ketertiban.
"Alasan bahwa lokasi dan medan peristiwa yang sulit dijangkau bukanlah alasan yang bisa diterima akal sehat. Kuat dugaan, seluruh rangkaian peristiwa tersebut digunakan sebagai pembenaran pendekatan keamanan dalam menangani Papua secara utuh," katanya.
Modus buying time lanjut Hendardi dalam menangani kasus-kasus di Papua merupakan modus lama, sebagaimana kasus-kasus masa lalu, seperti yang menimpa Theys Hiyo Eluay, kasus Wasior dan Wamena dan lain sebagainya.
"Akhir dari seluruh penanganan yang tidak sungguh-sungguh ini bisa ditebak, mengaburkan, membiarkan kejahatan tidak diadili, dan membenarkan rangkaian pendekatan keamanan dalam menangani berbagai peristiwa di Papua," pungkasnya.
Pada 10 Juni 2012 malam, satu warga di Jayapura dan penembakan dua karyawan PT Freeport hingga tewas telah memperpanjang aksi penembakan yang terjadi di Papua. Sejak Januari 2012 saja, terdapat 9 aksi penembakan yang menewaskan setidaknya 11 orang, termasuk seorang wartawan, anggota TNI dan Polri, dan warga negara Jerman, Pieter Dietmar Helmut. Dari seluruh aksi penembakan tersebut, belum ada satu pun kasus penembakan ini yang terungkap secara terang dan tuntas.