Anas Tidak Benci Dijadikan Tersangka
Anas Urbaningrum mengaku tidak marah dan benci dengan kejadian yang menimpanya.
Penulis: Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anas Urbaningrum mengaku tidak marah dan benci dengan kejadian yang menimpanya, yakni menjadi tersangka kasus dugaan korupsi proyek Hambalang.
"Saya garis bawahi, bahwa tak ada kemarahan dan kebencian. Itu jauh dari rumus politik yang saya anut, dan mudah-mudahan dianut siapapun, kader-kader Partai Demokrat (PD)," kata Anas dalam jumpa pers pengunduran dirinya sebagai Ketua Umum PD, di Kantor DPP PD, Jakarta, Sabtu (23/2/2013).
Dalam jumpa pers yang dihadiri ratusan awak media termasuk Tribunnews.com, Anas menjelaskan sejumlah peristiwa politik, sebelum akhirnya ia ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tersangka gratifikasi terkait proyek Hambalang.
Padahal, awalnya Anas yakin tidak terlibat sama sekali dalam kasus tersebut. Peristiwa politik yang dimaksud Anas, adalah pidato desakan Ketua Majelis Tinggi PD Susilo Bambang Yudhoyono, agar KPK memberikan kejelasan status hukum Anas.
Permintaan SBY agar Anas fokus terhadap proses hukum di KPK, secara tidak langsung sudah memvonisnya sebagai tersangka. Peristiwa lainnya adalah bocornya Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) tersangka Anas Urbaningrum ke publik.
"Ini rangkai peristiwa yang pasti tak dapat dipisahkan. Ini satu rangkaian utuh, terkait sangat erat. Itulah faktanya, itulah rangkaian kejadiannya. Tak butuh pencermatan terlalu canggih untuk mengetahui itu. Masyarakat umum mudah mencermati itu," tutur Anas.
Anas mengungkapkan, sesungguhnya ia tak diharapkan terpilih sebagai ketua umum pada Kongres PD di Bandung, Mei 2010. Namun, ia belum bersedia bercerita lebih dalam tentang makna di balik itu semua.
Meski tidak marah dan benci, Anas secara tersirat menyatakan siap 'buka-bukaan' tentang apa yang ia ketahui. Bahkan, ia menjamin tetap terjaganya ketulusan, persahabatan, dan persaudaraan kepada seluruh kader PD, kendati sudah tidak lagi menjadi ketua umum.
Bagi Anas, pengunduran dirinya ini adalah babak awal atau halaman pertama, untuk mengambil beberapa langkah ke depan.
"Masih banyak halaman berikutnya yang kita akan buka dan baca bersama," cetusnya. (*)