Anas Curhat Kondisi Batinnya kepada Sahabat
Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu (24/2/2013), semakin riuh.
Penulis: Y Gustaman
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Malam semakin larut, hampir berganti hari, rumah bekas Ketua Umum Demokrat, Anas Urbaningrum di Jalan Teluk Langsa, Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu (24/2/2013), semakin riuh.
Mereka yang datang antara lain, Anwar Nasution, Yudhi Chrisnandi, Priyo Budi Santoso, Viva Yoga, Erik Satrya Wardhana. Kebanyakan dari mereka berlatarbelakang HMI, khusuk mengobrol dengan si empunya rumah.
Yudhi, yang ikut mengobrol mengungkapkan, banyak hal diceritakan Anas soal masalah yang dihadapinya sekarang. "Ada suasana kebatinan yang dirasakan Mas Anas, dan kita semua ikut prihatin. Ini musibah politik," ucap Yudhi membuka obrolan.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Hanura ini mengungkapkan, dirinya dan kolega dari HMI menghormati proses hukum yang kini dialamatkan kepada Anas. Lebih dari itu, obrolan di dalam menyoal sisi politis yang diarahkan kepada Anas.
Yudhi enggan membeberkan, ketika diminta bercerita soal langkah Anas ke depan, termasuk pernyataannya saat berhenti dari Demokrat bahwa aksinya baru membuka lembar pertama, dan akan banyak lembar selanjutnya.
"Dia ceritakan lembaran berikutnya. Tapi, cerita itu bukan untuk diceritakan ke publik. Clue dalam pembicaraan itu, masih ingat waktu Mas Anas konpers bahwa dia terlahir sebagai bayi yang sejak awal tidak diterima," paparnya.
Ia tak menampik proses hukum memang harus dijalani Anas saat ini dan ke depan. Namun, sebelum proses hukum di KPK menegaskan Anas sebagai tersangka mendapatkan gratifikasi, ada proses dan permintaan politik sebelum itu.
"Dalam pola penanganan dan kondisi yang menimpa Mas Anas tersendiri ini adalah musibah politik. Apa yang menimpa Mas Anas sudah berlangsung proses politik sebelum ditetapkan sebagai tersangka," kata Yudhi lebih lanjut lalu pamit pulang.