Benarkah SBY Trauma dengan KLB Demokrat?
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono sebenarnya tak menghendaki digelarnya kongres luar biasa
Penulis: Y Gustaman
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono sebenarnya tak menghendaki digelarnya kongres luar biasa untuk memilih ketua umum pengganti Anas Urbaningrum yang berhenti karena tersangkut tersangka korupsi.
Pengamat politik LIPI, Siti Zuhro menilai, SBY mengalami trauma dengan pemilihan ketua umum Demokrat melalui kongres. Hal itu terlihat ketika Andi Mallarangeng, jagoannya yang digadang-gadang menjadi ketua umum kalah telak dalam kongres Demokrat 2010 di Bandung.
"Sebetulnya kalau boleh memilih, SBY tak memilih KLB. Tapi KLB itu yang diberikan payung hukumnya," ujar Zuhro usai usai diskusi 'RUU Pilkada: Rekayasa Setengah Hati' yang diselenggarakan Perludem dan Kemitraan di Bakoel Koffie, Jakarta, Rabu (13/3/2013).
Menurut Zuhro, saat ini Demokrat mengalami kemunduran jika kompetisi pemilihan ketua umum lewat KLB diselesaikan dengan cara-cara yang selalu didorong atau ditarik ke cara-cara yang lebih aklamasi lobi, tapi menutup kesempatan berkompetisi.
"Kalau ada calon yang dari luar dengan KTA yang hitungan jam sudah menjadi ketum ini aneh bin ajaib. Jadi selama ini membuktikan (Demokrat) partai besar yang betul-betul tidak besar. Karena kebesaran tadi itu hanya personifikasi tidak nyata," tegasnya.
Jika Demokrat partai besar dengan sumber daya manusianya, seharusnya membuka peluang kompetisi siapa pun kader yang mencalonkan diri sebagai ketua mum. Dari kompetisi ini bakal dikonversikan siapa yang benar cocok untuk menjadi ketum.
Klik: