Pengamat: SBY Terjebak Jargonnya Sendiri
SBY terjebak dengan jargon-jargon kesantunan yang dia ciptakan sendiri
Penulis: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Kesedian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didaulat menjadi Ketua Umum Partai Demokrat dalam Kongres Luar Biasa Partai Demokrat yang telah berakhir kemarin di Sanur, Bali hingga kini masih menyisahkan penyesalan dari berbagai kalangan.
Pengajar komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi menilai, SBY terjebak dengan jargon-jargon kesantunan yang dia ciptakan sendiri. Loyalitas terhadap partai akan berakhir ketika dimulainya loyalitas terhadap negara hanya menjadi taklimat tanpa makna.
"Publik membaca, kesediaan SBY turun gunung memimpin Demokrat, melengkapi kepengurusan partainya dengan orang-orang terdekatnya adalah upaya penyelamatan terhadap partai dan keluarganya. Ingat, saat Yulianis berani mengungkap ke publik soal adanya setoran ke Ibas Yudhoyono, turbulensi politik yang dimulai dari nyanyian Nazaruddin kian nyaring menggema," ujarnya, Senin (1/4/2013).
"Akibatnya, SBY merasa perlu menjadi bumper utama Demokrat. Siapa sih yang nggak segan jika ketua umum parpol juga merangkap sebagai Presiden?," Ari menegaskan.
Menurut peraih doktor komunikasi politik berkat penelitiannya tentang pelarian politik tragedi 1965 di mancanegara ini, SBY dalam menempatkan nama-nama baru di kepengurusan inti Demokrat juga menafikan peran anak muda.
"Lihat saja Syarif Hasan, EE Mangidaan, dan Marzuki Allie. Usia mereka kecuali Marzuki Allie layak ngemong cucu ketimbang ngurus partai. Saya makin ragu fokus Presiden dan menteri-menteri yang rangkap jabatan di partai Demokrat makin melalaikan tugas-tugas pemerintahan," ujarnya.
"Apa mau dikata, mungkin bagi beliau-beliau ini urusan Demokrat lebih penting ketimbang mengurus negara," Ari Junaedi menambahkan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.