Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Imparsial: Aneh, Pembunuh Warga di dalam Tahanan Disebut Ksatria

Seiring penanganan kasus, The Indonesia Human Rights Monitor (Imparsial) melihat ada upaya pengalihan isu dari pembunuhan

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Imparsial: Aneh, Pembunuh Warga di dalam Tahanan Disebut Ksatria
Abdul Qodir/Tribunnews.com
Direktur Program Imprasial, Al Araf (kiri), dan aktivis sosial/sejarawan, Hilmar Farid (kanan), menjadi pembicara dalam diskusi Ke mana Arah Senjatamu Jendral? di kantor KonstraS, Menteng, Jakarta, Sabtu (13/4/2013). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seiring penanganan kasus, The Indonesia Human Rights Monitor (Imparsial) melihat ada upaya pengalihan isu dari pembunuhan keji empat tahanan Lapas Cebongan yang diduga dilakukan 11 oknum Kopassus dengan melabelisasi keempat korban sebagai kelompok preman.

Hal ini ditunjukan dengan pernyataan sejumlah petinggi dan pensiunan jenderal TNI yang menyebut keempat korban sebagai kelompok preman dan 11 anggota Kopassus itu sebagai ksatria.

"Dengan premanisme, seolah ada pembenaran dilakukannya extra judicial killing," kata Direktur Program Imparsial, Al Araf, dalam diskusi Politik Rakyat di Menteng, Jakarta, Sabtu (13/4/2013).

Al Araf menolak upaya pengalihan isu tersebut. Menurutnya, labelisasi preman kepada keempat korban merupakan stigmatisasi yang buruk.

Ia mengatakan, pemberian status ksatria kepada para pelaku pembunuhan warga yang sedang dalam perlindungan negara adalah pelecehan terhadap akal sehat manusia dan pembunuhan keji itu tidak bisa ditolerir.

"Aneh, ada purnawirawan jenderal TNI kita menyebut pembunuhan itu disebut ksatria," ujarnya.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas