Pelajar Ditantang Terapkan Ilmu Sosiologi dan Antropologi
Pendidikan hakikatnya merupakan sesuatu yang mendasar bagi manusia. Dalam konteks yang luas, pendidikan
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendidikan hakikatnya merupakan sesuatu yang mendasar bagi manusia. Dalam konteks yang luas, pendidikan tak hanya bermakna mentransfer ilmu pengetahuan yang dibatasi oleh dinding dan atap.
Dalam Seminar Forum Komunikasi Prodi Pendidikan Sosiologi & Antropologi Se-Indonesia di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Dekan Fakultas Ilmu sosial Universitas Negeri Jakarta Komarudin menuturkan pendidikan merupakan alat yang dapat membantu menemukan makna dalam kehidupannya.
"Maksudnya dapat mengakomodasikan kepentingan seluruh aspek didalam komponen tersebut. Ini tantangan kami sebagai ilmuan dan pendidik sosial. Dalam konteks ini kita perlu mencermati tantangan pembelajaran Sosiologi-Antropologi dan menemukan solusinya," kata Komarudin, di UNJ, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (15/5/2013).
Dalam seminar dengan tema 'Kurikulum Sosiologi Antropologi 2013: Titik Lemah, Relevansi Sosial Kemasyarakatan dan Tantangan Pembelajarannya', Komarudin sebagai pembicara menuturkan terdapat beberapa tantangan terkait dengan kurikulum 2013. Diantaranya bangunan ontologis, tujuan mata pelajaran dan metodologi pembelajaran.
"Konten kurikulum sosiologis itu harus sesuai dengan masyarakat Indoneia. Ngga mungkin kan di Papua belajar peliknya masalah metropolitan, harus sesuai dengan kondisi masyarakatnya," katanya.
Sementara itu menurut salah satu dosen Fakultas Ilmu Sosial UNJ Robertus Robet, pelajar harus mengerti benar apa tujuan pembelajaran sosiologi.
"Banyak orang yang mengatakan bahwa sosiologi ialah imu yang mempelajari masyarakat dan fakta sosial. Rumusan ini memiliki dua kesalahan," ujarnya.
Dikatakan Robet, dalam praktik, baik di sekolah maupun di perguruan tinggi pembelajaran sosiologi sering dilakukan dalam kekaburan yang menunjukan keraguan guru dan dosen terhadap substansi disiplin dan kegunaan pelajaran tersebut.
Dirinya menyimpulkan, bahwa penyusunan pembelajaran sosiologi selama ini dihadapkan pada persoalan tujuan pembelajaran. Akibatnya, pembelajaran sosiologi kurang dianggap sebagai pembelajaran yang berdampak langsung terhadap kualitas berfikir pelajar.