Pelaku Berbaju Putih
Ledakan bom dua kali di Vihara Ekayana sempat memantik kepanikan umat yang bersembahyang di Ruang Dharma Sala.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ledakan bom dua kali di Vihara Ekayana, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Minggu (4/8) petang, sempat memantik kepanikan umat yang bersembahyang di Ruang Dharma Sala. Suhu Bhadramurti yang memimpin kebaktian mampu menenangkan umat dan melanjutkan sujud tiga kali kepada Sang Budha.
Walhasil, dua kali ledakan bom panci yang mirip bom Polsek Rajapolah, Jawa Barat, 20 Juli 2013 lalu, tak sampai merenggut korban. Sekitar 300 jemaat yang memadati Ruang Dharma Sala selamat. Hanya jemaat perempuan Rice yang mengalami luka lecet di tangan kanan dan betis kanan, terkena serpihan material saat menuju toilet.
Ketika bom pertama meledak sekitar pukul 19.01 WIB, di Ruang Dharma Sala bertembok kaca yang berukuran sekitar 30x10 meter itu, 300 jemaat sedang khusyu mengikuti ceramah Suhu Bhadramurti bertema berkah Tuhan.
Menurut Suhu Bhadramurti, biasanya ibadah pada Hari Minggu sore berakhir pukul 19.00. Namun, kebetulan Minggu kemarin ada acara pengumpulan dana untuk biksu. Ritual ibadah pun tak selesai seperti biasanya.
Sekitar pukul 19.01, para umat Budha dikejutkan ledakan mirip petasan dari arah depan pintu masuk Dharma Sala. Pintu kaca itu tak bisa menahan suara ledakan benda yang diletakan di belakang patung Budha Maitreya yang posisinya membelakangi pintu masuk Dharma Sala.
Beberapa saat kemudian asap putih mengepul dari benda itu. Sebagian jemaat segera merangsek ke depan karena panik, dan hampir saling dorong. Jemaat pria mencoba mengecek benda mencurigakan yang ternyata terbungkus plastik hitam. Barang itu pun langsung digotong ke luar gedung Vihara, lalu dicelupkan ke ember berisi air.
Selang beberapa saat kemudian terjadi ledakan kedua. Kali ini ledakan itu terjadi di rak sepatu, tepat di samping pintu masuk gedung utama vihara. Jarak antara lokasi ledakan pertama dan kedua tak sampai 10 meter. Ledakan kali ini makin membuat cemas umat.
Apalagi, Rice yang menuju toilet terluka di tangan kanan dan betis kanan akibat serpihan material saat ledakan. Dari Dharma Sala menuju toilet harus melewati pitu utama, di mana terdapat rak sepatu yang digunakan bomber menempatkan rangkaian bomnya.
Kendati demikian Suhu Bhadramurti meyakinkan, Rice hanya lecet. "Sembuh setelah diberi obat merah. Aktivitasnya tak terganggu, bahkan dia sudah pergi ke Bandung, Jawa Barat untuk ikut kegiatan keagamaan," kata Suhu Bhadramurti di Vihara Ekayana, Jakarta, Senin (5/8).
Sang Suhu menegaskan, dua ledakan bom bunyinya mirip petasan yang kerap diledakkan di vihara untuk perayaan tertentu. Bedanya ledakan kemarin sedikit lebih keras. Mencegah kepanikan umatnya, suhu yang baru berusia 28 tahun itu minta umatnya tetap tenang. Alasannya, ibadah belum selesai.
Ia meyakinkan umat tetap menyelesaikan ibadah, meski bom mengguncang. "Saya minta umat tenang dan menyelesaikan ibadah, lalu kita sama-sama bersujud tiga kali ke Budha," tuturnya.
Suhu yang baru setahun tugas di Vihara Ekayana ini akhirnya berhasil mengendalikan situasi. Begitu selesai kebaktian, jemaatnya diarahkan keluar melalui pintu samping ruang Dharma Sala, menghindari pintu utama, tempat bom meledak. Mereka kemudian berkumpul di tempat parkir.
Suhu Bhadramurti menjelaskan, rangkaian bom yang dibawa jemaatnya ke ember air dibungkus plastik hitam. Setelah dibongkar terlihat panci perak. Di panci itulah tergores pesan, Kami Menjawab Jeritan Rohingya, menggunakan tinta putih.
Kepala Vihara Ekayana, Bikhu Arya Maitri mengungkapkan, kamera CCTV vihara merekam seorang pria berusia di bawah 30 tahun, berkulit putih, menggunakan baju putih dan tas selempang. Bikhu meyakini laki-laki itu sebagai pelaku teror, karena dia yang bawa bungkusan hitam.