Rakernas PDIP Jangan Jadi Ajang Penetapan Jokowi Sebagai Capres
Said Salahuddin menilai Rakernas PDI Perjuangan yang akan dilaksanakan pada 6-8 September 2013 jangan dijadikan ajang pencapresan Jokowi.
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik dari Sinergi Masyarakat Untuk Demokrasi (SIGMA), Said Salahuddin menilai Rakernas PDI Perjuangan yang akan dilaksanakan pada 6-8 September 2013 jangan dijadikan ajang pencapresan Jokowi.
"Menurut saya, sebaiknya Rakernas PDI-P jangan dulu dijadikan ajang untuk menetapkan Capres. Tidak perlu buru-buru. Masih lama pencapresan itu," kata Said dalam pesan singkatnya, Kamis (5/9/2013).
Said menuturkan, Jokowi sebagai kader PDI-P masih tetap memimpin di berbagai hasil survei pencapresan. Hasil itu diperoleh saat Jokowi sendiri belum resmi ditetapkan sebagai Capres PDI-P. Bahkan menyatakan kesediaan sebagai Capres pun belum.
"Artinya, value PDI-P lewat simbol Jokowi saat ini masih yang paling tinggi. Kalau cepat-cepat ditetapkan boleh jadi akan lebih banyak mudharat dibanding manfaatnya," ujarnya.
Jokowi kata Said bisa menjadi bulan-bulanan dari lawannya. Bisa saja lawan politik akan menyerang Jokowi dengan membentuk opini bahwa Gubernur DKI itu adalah sosok yang tidak konsisten atau malah diberi label sebagai tokoh yang kerap lari dari tanggung jawab.
"Bisa saja timbul opini, dulu belum habis masa tugasnya sebagai Walikota Solo, dia sudah lari ke Jakarta. Sekarang, baru menjabat sekitar satu tahun sebagai Gubernur DKI Jakarta, malah mau maju lagi sebagai Presiden," tuturnya.
Lebih lanjut Said mengatakan, sekalipun opini itu mudah ditangkis karena tidak sepenuhnya benar, tapi dalam konteks politik hal yang demikian cukup merugikan.
"Jadi, saran saya, kalau PDI-P sungguh-sungguh ingin memajukan Jokowi sebagai Capres, maka forum Rakernas nanti cukup menyebutkan kriteria yang mengarah kepada sosok Jokowi. Intinya, lebih baik jangan menyebut nama dulu," ucapnya.
Menurut Said dengan menyebut kriteria saja, itu bisa memberi efek positif bagi raihan suara PDI-P pada Pemilu legislatif 2014. Kalau selama ini PDI-P kerap nangkring diposisi kedua sebagai parpol pemenang Pemilu versi lembaga survei, maka dengan strategi itu boleh jadi mereka bisa merebut posisi Partai Golkar sebagai kandidat juara Pemilu.
Terhadap Megawati, menurut Said kita juga perlu berempati memberi kesempatan kepadanya untuk berisitirahat. Mega lebih tepat mengambil posisi sebagai king maker saja. Sebagai mantan Presiden beliau cukup memberi arahan kepada Jokowi tentang hal apa saja yang seharusnya dilakukan, hal apa saja yang perlu dihindari, dan seterusnya.
"Singkatnya Mega bisa menjadi penasehat bagi Jokowi," katanya.