Gaya Komunikasi Ruhut Sitompul Payah
Reaksi fraksi atas penunjukkan Ruhut Sitompul sebaiknya tidak mengundang polemik lebih lanjut.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Reaksi penolakan sejumlah fraksi atas penunjukkan Ruhut Sitompul dari Fraksi Demokrat sebagai Ketua Komisi III DPR RI, sebaiknya tidak mengundang polemik lebih lanjut.
Pengajar komunikasi politik di Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi melihat kemampuan Ruhut dalam berkomunikasi kurang baik. Dari sisi penguasaan komunikasi, lanjut Ari, mestinya Ketua Komisi III harus mampu mengayomi dan mengartikulasikan pesan-pesan politik dengan bahasa yang lugas serta penuh kesantunan.
"Apapun yang diomongkan Ruhut penuh dengan sarkasme, kasar, serta selalu menjilat ke Presiden SBY. Ketika masih di Pemuda Pancasila dulu, Ruhut begitu mendewakan Yapto Suryosumarno, demikian juga ketika di Golkar, Ruhut selalu membela mati-matian Akbar Tanjung. Masyarakat tentu akan mual dan selalu menilai dari sisi kontroversinya,"tandas Ari Junaedi.
Oleh karena itu, Ari berharap Fraksi Demokrat bisa menempatkan kader terbaik lainnya yang memiliki resistensi rendah di mata fraksi-fraksi lain. Publik pun juga akan bisa menilai, kader yang diorbitkan partai besutan Presiden SBY ini adalah orang yang kapabel serta bukan orang yang menjilat.
Menurut pengajar pascasarjana di UI dan Universitas Diponegoro ini, sisi positif dari Ruhut "Poltak". Sitompul adalah anti korupsi dan selalu konsisten dengan rezim yang dibelanya.
"Untungnya Rihut sudah kaya duluan sebelum menjadi anggota Dewan sehingga dia begitu bebas menyerang anggota-anggota Komisi III lainnya yang dianggap kolutif. Yang payah dari Ruhut hanyalah kemampuan komunikasinya," Ari Junaedi menegaskan.