UUD 1945 dan Pancasila Solusi Terhadap Persoalan Bangsa
Michael Wattimena menilai sampai sejauh ini, dinamika perjalanan bangsa dan negara tetap berada di koridor kebangsaan.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Michael Wattimena menilai sampai sejauh ini, dinamika perjalanan bangsa dan negara tetap berada di koridor kebangsaan. Pancasila masih dan terus menjadi pemersatu bangsa.
Menurutnya, perjalanan bangsa dan negara Indonesia masih dalam koridor yang berlaku. Namun diperlukan kesadaran dan komitmen bersama agar cita-cita luhur pendiri bangsa tetap terjaga sepanjang masa.
Harapan ini mengemuka dalam Dialog Kebangsaan: Reinventing Indonesia, di Jakarta, Kamis (14/11/2013). Hadir sebagai pembicara Michael Wattimena (Ketua Umum GAMKI), Taufan EN Rotorasiko (Ketua Umum KNPI), dan Ahmad Suaedy (Direktur Wahid Institute). Juga hadir sebagai narasumber Pramono Edhie Wibowo (mantan Kepala Staf TNI AD), Marsudi Syuhud (Sekjen PBNU), dan Anhar Gonggong (sejarawan).
Michael menuturkan, permasalahan bangsa seharusnya dikembalikan kepada ajaran luhur saat negara ini terbentuk. “UUD 1945 dan Pancasila sebenarnya merupakan solusi terhadap persoalan bangsa,” katanya.
Dia mencontohkan, saat dirinya menjadi salah satu ketua pansus RUU Ormas, banyak lembaga dan ormas yang mempertanyakan azas Pancasila. Ada tarik menarik sehingga pembahasan RUU itu sempat deadlock hingga tiga tahun.
“Kami heran, ada apa dengan Pancasila? Mengapa Pancasila dipermasalahkan? Bukankah Pancasila sudah final. Terbukti Pancasila merupakan perekat bangsa ini,” ujar anggota DPR dari daerah pemilihan Papua Barat itu.
Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Taufan EN Rotorasiko menyatakan, segala persoalan bangsa sebenarnya harus dikembalikan kepada semangat nasionalisme Indonesia.
“Sumpah Pemuda merupakan jawaban atas karut-marut bangsa ini. Inilah yang menjadi pembeda dengan bangsa lain,” katanya.
Pramono Edhie Wibowo menegaskan, Indonesia berbeda dengan negara lain sehingga, bangsa ini tak perlu selalu mencontoh negara lain.
“Jangan jadi bangsa pesimistis. Badan saya kecil, tapi pernah latihan special forces di Amerika Serikat. Besar kecilnya bangsa ini, pemuda yang tentukan. Jangan minder dengan bangsa lain. Tunjukkan kepada saya, negara yang tak ada kaum miskinnya. Bahkan, negara yang sudah ratusan tahun masih ada kemiskinan,” katanya.
Pramono menegaskan, pemuda harus benar-benar memahami Pancasila. Namun, Pancasila hanya dibaca dan dihapal tapi tak dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya, banyak permasalahan mendera bangsa ini.
Sekretaris Jenderal PBNU KH Marsudi Syuhud mengatakan, salah satu hal yang menyebabkan Indonesia masih terus dirundung pelbagai persoalan adalah karena tidak pernah bisa duduk bersama untuk menyelesaikannya.
"Betapa pun susahnya, dialog harus bisa dilakukan bangsa Indonesia, terutama kaum muda yang akan memimpin bangsa Indonesia. Dengan dialog, semua (masalah) bisa diminimalisasikan," kata Marsudi.
Direktur Wahid Institute Ahmad Suaedy menyatakan, ancaman yang harus menjadi perhatian serius bangsa ini adalah radikalisme agama dalam bingkai keragaman agama.
“Ini peran pemuda untuk mengaplikasikan toleransi secara nyata dan bukan sekedar simbolik,” ucapnya.
Dia berpendapat, pemaksaan dan penyeragaman atas nama golongan merupakan tindakan yang mengabaikan azas luhur Pancasila.
Sejarahwan Anhar Gonggong mengatakan, Republik Indonesia didirikan melalui dialog yang dilakukan oleh anak bangsa dari pelbagai etnik yang ada sekarang. Republik Indonesia, lahir dari hasil kreativitas orang-orang yang tercerahkan dan terdidik.
"Namun, sayangnya saat ini banyak orang terdidik tapi sedikit yang tercerahkan. Buktinya ada profesor yang ditangkap karena korupsi. Padahal Republik ini didirikan oleh orang terdidik dan tercerahkan yang melampaui dirinya," kata Anhar.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.