Mulyana Advokasi Masyarakat Miskin Sejak Tahun 70-an
Tokoh peristiwa Malari, Hariman Siregar, mengaku sudah dekat dengan almarhum Mulyana Wira Kusumah sejak era 1970-an.
Laporan Wartawan Tribunnews.com Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tokoh peristiwa Malari, Hariman Siregar, mengaku sudah dekat dengan almarhum Mulyana Wira Kusumah sejak era 1970-an.
Kala itu, Hariman dan mantan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) itu sama-sama berkuliah di Universitas Indonesia.
Ditemui di rumah Mulyana, di Taman Meruya Ilir, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Senin (02/12/20 13), Hariman mengatakan Mulyana yang ia ingat selalu berpartisipasi dalam aksi penegakan demokrasi.
Hariman kemudian juga aktif di lembaga bantuan hukum, dan sempat dididik oleh Adnan Buyung Nasution. Kata Hariman, teman baiknya itu juga peduli terhadap orang-orang yang tertindas, yang tidak bisa dibela dengan undang-undang konvensional.
Ia mencontohkan, bila ada sekelompok warga asli tinggal di suatu lahan hutan, dan warga itu diusir oleh pihak yang memiliki izin pengelolaan lahan, maka warga asli itu tidak bisa dibela dengan cara-cara konvensional.
"Mas Mul menganggap hukum seperti KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) yang linier. Mas Mul itu menganggap bagaimana kita membela orang-orang di hutan. Itu kan tidak bisa dibela dalil-dalil umum, secara struktural itu kan milik orang di situ," ujarnya.
"Istilahnya, kalau ke pengadilan, kita cari substansinya kan kebenaran, harus ada prosedur. Menurut mas Mul prosedurnya jangan sampai main uang," tambahnya.
Hariman mengingat, untuk mencapai tujuannya itu, Mulyana bersama sejumlah tokoh kukuh melakukan advokasi terhadap masyarakat miskin melalui lembaga-lembaga swadaya.
"Kontras (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) itu salah satu organisasi yang diinisiasi Mas Mul. Bahkan, nama Kontras juga dipilih oleh Mulyana. Mas Mul pintar cari singkatan" tandasnya