Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini Harapan Keturunan Sunan Drajat kepada Presiden

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ibu Negara Ani Yudhoyono berziarah ke Makam salah seorang dari Wali Songo

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Ini Harapan Keturunan Sunan Drajat kepada Presiden
Tribunnews.com/Andri Malau
Presiden Susilo Bambang Yudhoyonodi dalam Makam salah seorang dari Wali Songo, yakni Sunan Drajat, di Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa Timur, Rabu (12/3/2014) malam. 

TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ibu Negara Ani Yudhoyono berziarah ke Makam salah seorang dari Wali Songo, yakni Sunan Drajat, di Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa Timur, Rabu (12/3/2014) malam.

Dua puluh menit Presiden SBY didampingi langsung oleh Raden Edi Santoso, keturunan ke-14 dari Sunan yang memiliki nama kecil Raden Qasim.

Usai melepas rombongan SBY, Raden Edi pun berbincang-bincang dengan reporter Tribunnews.com mengenai sejarah dan ajaran Sang Sunan. Sejumlah ajaran sang Wali diungkapkan keturunan ke-14 Sunan Drajat.

Yang terkenal adalah mengenai ajaran atau filosofi tentang Sapta Paweling Pituah Sunan Drajat. Disamping ajaran tentang Sapta Piwulang, juga ada namanya ajaran Catur Piwulang.

Dijelaskan Raden Edi, yang pertama "Menehono teken marang wong kang wuto", berilah tongkat kepada orang yang buta. "Itu artinya, kalau kita diberikan ilmu, semestinya meskipun sedikit, hendaklah kita ajarkan kepada orang lain," ulas Raden Edi.

Yang kedua, sambungnya, "menehono mangan marang wong kang luwe", berilah makan pada orang yang lapar. Kalau kita diberikan kelebihan rezeki, hendaklah kita ingat kepada fakir miskin, yatim piatu dan lain-lain.

Yang ketiga, "menehono ngiyup marang wong kang kudanan", berilah payung kepada orang yang kehujanan. Kalau kita diberikan derajat, pangkat, kedudukan, jabatan, hendaklah bisa mengayomi orang yang menderita, yang lemah, orang yang dibawah kita.

Berita Rekomendasi

Keempat, "menehono busono marang wong kang wudo", berilah pakaian kepada orang yang tidak berbusana. Maksudnya, kalau kita tahu ada seperti contoh ada saudara-saudara kita yang kebetulan tidak punya tata kerama, sopan santun, hendaklah kita beri pengertian kepadanya, agar dia lebih santun.

Sang pewaris pun menjabarkan ajaran sang Wali kepada Tribunnews.com. Pertama, "Memangun resep tyasing Sasoma", kita senantiasa membuat senang hati orang lain.

Yang kedua, "Jroning suka kudu éling lan waspada", di dalam setiap suasana bahagia kita harus selalu ingat dan waspada. Ingat dalam artian ingat kepada Allah dan waspada kepada sekeliling kita.

Yang ketiga, "Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah", jadi dalam menempuh suatu perjalanan yang luhur hendaknya kita tidak boleh terpengaruh oleh segala macam rintangan.

Yang keempat, "Mèpèr Hardaning Pancadriya", jadi kita harus selalu bisa menekan gelora nafsu-nafsu kita.

Yang kelima, "Mulya guna Panca Waktu". Jadi kalau kita mau hidup mulia di dunia dan akhirat hendaklah kita bisa menjalankan shalat lima waktu.

Yang keenam, "Heneng - Hening - Henung", atau dalam bahasa gamelannya "nang-ning-nong", jadi kita hidup "nang" harus senantiasa bisa tenang, "ning" harus bisa hidup senantiasa mengheningkan hati dan pikiran kita, dan "nung" kita hidup harus bisa merenung buat apa kita hidup. Kita hidup yang akhirnya akan kembali ke Sang Yang Agung, Allah.

Halaman
12
Tags:
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas