Surat Ardi Bakrie Bentuk Arogansi Pemilik Media ke Ruang Redaksi
Ardi Bakrie marah kepada petinggi portal berita itu karena mendapati halaman depan bertengger iklan Joko Widodo
Editor: Yudie Thirzano
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Surat ancaman Anindra Ardiansyah Bakrie atau Ardi Bakrie, CEO Viva.co.id terhadap sejumlah petinggi redaksi dianggap seagai bentuk intimidasi.
Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Eko Maryadi, mengatakan, Ardi Bakrie tidak paham konsep firewall (pagar api) antara keputusan redaksi dengan kekuasaan iklan.
"Ardi Bakrie jelas memanipulasi independensi redaksi dengan iklan. Ini menunjukkan Ardi tidak paham firewall (pagar api) antara keputusan redaksi dengan kekuasaan iklan," kata Eko Maryadi.
Ancaman Presdir/CEO Viva itu terungkap setelah beredar surat elektronik dari Ardi Bakrie ke Pemred dan Redaktur Pelaksana Viva.
Dalam surat itu Ardi menuding ada penyusup karena munculnya iklan calon presiden Joko Widodo (Jokowi) di portal Viva.
Kepada wartawan, Ardi Bakrie mengakui dirinya marah kepada para petinggi portal berita itu karena mendapati halaman depan yang tidak pantas untuk iklan ternyata bertengger iklan Joko Widodo. Ardi justru mengungkap demi menegakkan independensi.
"Itu iklan, foto, di tempat yang seharusnya netral. Ini preseden buruk, sebuah portal berita yang independen harusnya tidak boleh ada iklan siapapun di situ," kata Ardi ketika ditanya pers usai mengikuti pengajian di Masjid Baiturrohman gedung DPR RI Jakarta, Selasa (8/4/2014).
Namun Eko Maryadi justru menilai pernyataan Ardi manipulatif.
"Kalau itu memang halaman dijual kenapa harus memaki-maki Pemred Viva. Ardi boleh kuasai duit bapaknya tapi jangan intimidasi redaksi," kata Eko.
Ardi adalah putra Aburizal Bakrie, Ketua Umum DPP Golkar sekaligus calon presiden dari partai tersebut.
Sementara Jokowi adalah calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Melalui surat elektronik atau e-mail tersebut yang ditujukan "Kepada Para Direksi, Khususnya Pemred", Ardi meminta iklan Jokowi segera diganti.
Bahkan, jika ada yang tidak suka dengan kebijakannya itu, ia mempersilakan untuk mundur. Ia menunggu surat pengunduran diri itu sebelum "ayam berkokok".
LIHAT Isi Surat Ardi Bakrie kepada Direksi dan Pemred Viva.co.id
Menurut Eko, Ardi menggunakan bahasa yang kasar, suatu bentuk arogansi pemilik media terhadap ruang redaksi.
"Kewenangan dia itu apa CEO apa Pemred, kalau urusi iklan koordinasi saja dengan orang iklan," kata Eko.
Amuk anak Ketua Umum partai Golkar Aburizal Bakrie itu berbuntut hengkangnya sejumlah petinggi redaksi.
"Bagi teman-teman yang memutuskan keluar, AJI menghormati dan salut. Dalam era di mana ruang redaksi sering dikotori, maka keputusan untuk mundur adalah kehormatan," ujar Eko.
Meski demikian, Ketua Umum AJI memahami sikap sebagian awak redaksi yang tetap bertahan. Mereka diharapkan tetap memegang teguh standar etik dan profesionalisme jurnalis.
"Tunjukkan anda bisa mempertahankan itu," kata Eko.
Juru bicara keluarga Bakrie membantah Ardi Bakrie marah-marah.