Usman Kesal Penyidik KPK Tak Bayar Ongkos Ojek
Dia menjadi ojek yang ditodong petugas KPK saat mengejar mobil pembawa Zairin dan FX Yohan keluar dari area parkir restoran di Taman Budaya.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiono
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Usman laki-laki berbadan kurus. Usianya 30 tahun. Saat ditemui Tribunnews, ia mengenakan celana jins, pendeknya di bawah lutut. Ia tidak mengenakan kemeja, separuh badannya bagian atas terbuka.
"Gelo, si eta (gila itu orang). Uang ojek belum dibayar," kata Usman kepada Billy, penarik ojek yang mengantarkan Tribun ke kediaman Usman di Kampung Cibarengkok, Desa Sumur Batu, Kecamatan Babakan Madang, Bogor.
Rabu lalu, Usman dan Billy mengalami perasaan menakutkan. Sore itu, mereka menduga ada penyergapan teroris ketika petugas KPK meringkus Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Pemkab Bogor Muhammad Zairin dan pengusaha Fransiskus Xaverius Yohan di Taman Budaya Sentul City.
Usman bahkan ikut berperan secara tidak langsung. Dia menjadi ojek yang 'ditodong' petugas KPK saat mengejar mobil pembawa Zairin dan FX Yohan keluar dari area parkir restoran di Taman Budaya.
"Saya dipaksa ngojek, karena dia mengaku polisi. Ya sudah lah, saya layani. Saya berharap "ini orang besar, pasti bayarannya besar.' Eh saya tunggu lama, 10 sampai 15 menit, sampai selesai penangkapan, ternyata tidak dibayar," kata Usman.
Saat berbincang dengan Tribunnews, ia menunjukkan sepeda motor matic, yang terparkir di dalam rumah sekaligus kiosnya berjualan. Dia mengaku masih kesal, karena uang ojek dari penyidik KPK tidak jadi diperoleh.
Adapun Billy, seorang penarik ojek yang sehari-hari mangkal di pos keluar pembayaran parkir di Taman Budaya. Sore itu, Billy sekalian menemani Opek, petugas penerima bayaran parkir.
Billy coba menghibur Usman. "Mungkin orang KPK-nya buru-buru, karena dia menangkap orang itu," kata Billy.
Usman menyahut, "Iya. Tapi yang namanya ojek, jauh dekat mestinya dibayar."
Di Taman Budaya inilah, Tribunnews.com menggali kronologis kejadi penangkapan Zairin dan Yohan. Para penarik ojek sebelumnya tidak ada yang tahu, penangkapan sore itulah yang menyeret pemimpin mereka, Bupati Bogor Rachmat Yasin.
Para anggota pengamanan di Taman Budaya pun semua mengaku tidak tahu.
Informasi justru dari petugas parkir. "Iya benar ada penangkapan oleh KPK, tapi saya dengar dari temen saya, yang biasa ojek di sini (Taman Budaya)," ucap petugas karcis pintu masuk Taman Budaya.
Kardi, penarik ojek lainnya menuturkan ketika mau menangkap Zairin, petugas KPK berlari keluar dari Taman Budaya dan langsung naik ojek untuk mengejar Zairin yang keluar menggunakan mobil.
"Dia (petugas KPK) bilang cepat-cepat ke teman saya (tukang ojek) untuk ke bawah pintu keluar parkiran," kata Kardi.
Petugas yang mengejar Zairin, kata Kardi, menggunakan kaos berwarna putih dan petugas KPK lainnya berada di mobil yang sebelumnya terparkir di jalan Pakuan, depan Taman Budaya. Kejadian penangkapan ini, dikatakan Kardi pukul 16.00 WIB.
Lapangan parkir ini cukup sejuk, teduh. Rerimbun pohon trembesi, cukup lebat, manaungi kawasan terpadu ini. Di taman budaya, terdapat aneka wahana dan fasilitas. Ada tiga restoran dan warung kopi. Ada arena bermain outbond, dan ada hotel.
Restoran dan warung kopi, semi terbuka, seperti gazibu atau saung, yang semi terbuka di alam. Bukan tipe restoran tertutup. Tetamu dapat masuk-keluar dari bagian depan di arah Jalan Pakuan, yakni pintu kedatangan, maupun arah belakang menuju tanah lapang atau Hotel Neo Aston.
Tanah lapang di bagian belakang melingkar seperti bentuk piring. Luasnya lebih besar dari lapangan sepakbola. Lapangan ini biasa dipakai acara perusahaan kantor, seperti gathering. Misalnya, hari Sabtu besok, akan ada pabrikan sepedamotor mengumpulkan relasinya sebanyak 2.000 orang, lahan terpakai baru kira-kira seperlima. (tribunnews/amb/m4)