Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Nazaruddin: Anas Mau Jadi Ketua Umum Lalu Jadi Presiden

Mantan Bedahara Umum Partai Demokrat (PD) Muhammad Nazaruddin membebrkan banyaknya uang yang bertebaran di Kongres Partai Demokrat, 2010 silam.

Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Sugiyarto
zoom-in Nazaruddin: Anas Mau Jadi Ketua Umum Lalu Jadi Presiden
TRIBUN/DANY PERMANA
Mantan Bendahara Partai Demokrat M Nazaruddin (berbatik biru) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Bedahara Umum Partai Demokrat (PD) Muhammad Nazaruddin membebrkan banyaknya uang yang bertebaran di Kongres Partai Demokrat, 2010 silam.

Uang itu kata Nazaruddin berasal dari fee-fee yang dikumpulkan Permai Group dalam menggarap sejumlah proyek nasional.

Meski begitu, kata Nazar uang yang paling banyak dibagikan berasal dari proyek Universitas.

Awalnya, Nazar menceritakan jika Anas berniat menjadi Ketua Umum Partai Demokrat buat kemudian menjadi presiden. Sebelum jadi Ketua Umum, Anas disebut Nazar membantu memenangkan PT Adhi Karya sebagai pemenang dalam proyek Hambalang.

Pengaturan itu, kata Nazar, dilatari karena PT Adhi Karya menjanjikan fee 18 persen dari 22 persen yang diminta Anas. Uang itu disebut Nazar digunakan untuk maju sebagai calon Ketua Umum.

"Tapi bukan hanya Hambalang. Ada proyek lainnya. Uangnya dikumpulkan di kamar untuk maju jadi ketua umum. Kalo udh jadi ketua umum maju jadi presiden," kata Nazar saat menjadi saksi untuk terdakwa Teuku Bagus M Noor di Pengadilan Tipikor Jakarta, Selasa (13/5/2014).

Fee tersebut, terang Nazar, kemudian disalurkan ke PT Dutasari Citralaras milik Machfud Suroso. Setelah disalurkan, Machfud dan Yulianis mengeluarkan uang untuk kemudian dibagikan ke DPC sebagai dana pemenangan Anas di Kongres Partai Demokrat.

"Ada (catatannya). Penyalurannya juga ada. Dipakai ke DPC itu kan uang dari MS dan Yulianis," kata Nazar.

Mendengar keterangan itu, Majelis Hakim bertanya apakah uang fee Hambalang habis untuk biaya pemenangan Anas saja, Nazar pun membenarkan. "Tapi secara keseluruhan, uang di kongres lebih banyak dari proyek universitas," imbuh Nazar.

Sementara, Anas yang di kursi saksi perkara sama, membantah semua keterangan Nazaruddin. Terlebih mengenai soal bagi bagi-bagi uang di Kongres Demokrat di Bandung pada tahun 2010.

"Tidak benar yang mulia. Mungkin yang diceritakan saksi Nazaruddin adalah pengalaman atau yang pernah dilakukannya sendiri," kata Anas.
Edwin Firdaus

Tags:
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas