Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jokowi: Wiji Thukul Harus Ditemukan, Hidup atau Mati

Pada 1992, Wiji ikut demonstrasi memprotes pencemaran lingkungan oleh pabrik tekstil PT Sariwarna Asli Solo.

zoom-in Jokowi: Wiji Thukul Harus Ditemukan, Hidup atau Mati
ist
ilustrasi 

16 tahun hilang karena diculik, Jokowi berkeras Wiji Thukul harus ditemukan.

Jakarta - Calon presiden Joko "Jokowi" Widodo menegaskan keberpihakannya terhadap kasus penculikan penyair Wiji Thukul. Jokowi mengatakan, dalam kondisi apa pun, Wiji Thukul harus ditemukan, hidup atau mati. 

"Harus jelas. Masa 13 orang bisa tidak ketemu tanpa kejelasan," kepada wartawan di rumah relawan di Jalan Sukabumi, Menteng, Jakarta Pusat, Senin 9 Juni 2014  siang.  Hal itu diungkapkan Jokowi beberapa jam sebelum debat capres-cawapres pertama yang disiarkan secara nasional.

Proses pencarian orang hilang tersebut, lanjut Jokowi, merupakan bagian dari kebijakan besarnya terkait penuntasan kasus pelanggaran hak asasi manusia pada 1998.

Jokowi menamakan upaya ini sebagai bagian rekonsiliasi. Namun, sebelum melaksanakan rekonsiliasi, Jokowi mengatakan bahwa ia harus mengetahui terlebih dahulu siapa yang benar dan salah. 

Jokowi tidak mengatakan lebih rinci terkait bagaimana ia mencari tahu soal pihak yang benar dan salah terkait hal ini. Jokowi mengatakan bahwa bangsa Indonesia tidak boleh dibebani masa lalu yang kelam. Proses yang dikemukakannya tadi, lanjutnya, diharapkan mampu menutup masa lalu bangsa demi membuka masa depan Indonesia yang lebih baik. 

"Wiji Thukul itu, saya sangat kenal baik. Dia kan orang Solo. Anak-istrinya saya kenal. Puisi-puisinya saya juga tahu," ujarnya.

Sebelumnya, putri Widji Thukul, Fitri Nganthi Wani meminta mantan Danjen Kopassus Prabowo Subianto bercerita jujur mengenai kasus penculikan aktivis masa 1997-1998.

"Mungkin banyak pihak yang membela dia, bahwa dia tak melakukan. Tapi berani dong bicara bahwa dia siap diadili dan siap bertanggung jawab," kata Fitri di Restoran Sari Kuring, Jakarta, Rabu 7 Mei 2014.

Fitri menyarankan untuk menjadi calon presiden, Prabowo sebaiknya menyelesaikan permasalahannya terlebih dahulu.

"Kalau punya masalah belum selesai, lebih baik  selesaikan masalah dulu yang belum selesai sebelum kamu menyatakan untuk siap meng-handle masalah berikutnya dan masalah yang lain," tuturnya.

Remaja berusia 19 tahun itu meyakini ayahnya masih hidup. Hal itu juga yang membuatnya terus mencari keadilan untuk mengetahui kondisi Widji Thukul setelah penyair itu hilang menjelang jatuhnya rezim Orde Baru.

"Kalau bagi kami, selama mayat ayah tak ada, selama belum ada pernyataan ini loh yang bunuh Wiji Thukul, maka kami masih meyakini bapak masih hidup," imbuhnya.

Ia mengatakan Widji Thukul hanyalah menulis peristiwa yang terjadi sehari-hari ditengah masyarakat. Hal itu pun dituangkan melalui media puisi.

"Bapak saya itu cuma menulis buku harian, berupa puisi, atas apa yang terjadi di sekitarnya. Betapa konyolnya cuma alasan begitu, bapak saya kemudian dihilangkan," katanya.

Seperti diketahui, pada Oktober 1989, Widji Thukul menikah dengan istrinya Siti Dyah Sujirah alias Sipon yang saat itu berprofesi sebagai buruh. Fitri lahir pada 22 Desember 1993, lalu anak kedua mereka lahir yang diberi nama Fajar Merah.

Pada 1992, Wiji ikut demonstrasi memprotes pencemaran lingkungan oleh pabrik tekstil PT Sariwarna Asli Solo. Tahun-tahun berikutnya Thukul aktif di Jaringan Kerja Kesenian Rakyat (Jakker), salah satu organisasi Partai Rakyat Demokratik (PRD).  Peristiwa 27 Juli 1998 menghilangkan jejaknya hingga saat ini. Ia salah seorang dari 13 aktivis yang sampai sekarang masih hilang.

Istri Thukul, Sipon lalu melaporkan suaminya yang hilang ke Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) pada tahun 2000. (skj) (Advertorial)

Admin: Sponsored Content
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas