Tabloid "Obor Rakyat," Saling Bantah Orang Istana
Dari penelusuran seorang penulis di Kompasiana, Sapri Pamulu, menyebut Setiyardi adalah anggota tim sukses Fauzi Bowo -- sang petahana
Kasus kampanye hitam Tabloid Obor Rakyat menggelinding ke pusat kekuasaan. Juru Bicara Istana dan Staf Khusus Presiden saling bantah. SBY terganggu.
Jakarta - Setiyardi, pemimpin redaksi Tabloid Obor Rakyat yang memuat kampanye hitam terhadap Jokowi-JK, sungguh jumawa. Ia tak membiarkan pertanyaan tentang dirinya menggantung di benak publik. Sabtu 14 Juni kemarin, ia muncul di Warung Daun Cikini dan berbicara soal tabloid yang dikelolanya. Dan, alamak, ia berbaju kotak-kotak -- motif khas baju kampanye Jokowi semenjak di Pilkada DKI dua tahun lalu.
Setiyardi mengaku, ia pernah mendukung Joko Widodo. Tapi sebagaimana testimoni yang ditulis Darmawan Sepriyossa, ia kecewa Joko Widodo tak menuntaskan masa jabatan gubernur dan maju ke gelanggang pemilihan presiden. Tentu saja pengakuan Setiyardi ini bohong belaka.
Dari penelusuran seorang penulis di Kompasiana, Sapri Pamulu, menyebut Setiyardi adalah anggota tim sukses Fauzi Bowo -- sang petahana yang dijungkalkan Jokowi dari jabatan gubernur -- pada Pilkada DKI tahun 2007. Saat itu, Fauzi Bowo yang berpasangan dengan Priyanto berhadapan dengan Adang Daradjatun yang berpasangan dengan Dani Anwar. Pada Pilkada 2012, Setiyardi kembali mendukung Fauzi Bowo, tapi saat itu ia telah berada di istana sebagai bagian Deputi Staf Khusus Presiden.
Sebelumnya, di tahun 2010, ketika George Junus Aditjondro menerbitkan buku "Membongkar Gurita Cikeas" yang menggegerkan itu, Setiyardi menulis buku tandingan yang membela SBY lewat buku tipis yang ditulis singkat berjudul ‘Hanya Fitnah & Cari Sensasi, George Revisi Buku’. Setiyardi meluncurkan buku tangkisan itu dalam sebuah acara yang ramai di Hotel Cemara, Menteng, Jakarta. Saat itu, Setiyardi mengakui bahwa buku itu ia terbitkan semata untuk urusan bisnis dan ia tak mengenal Presiden SBY.
Seperti ditulis Revaputra Sagito di Kompasiana, 14 Juni 2014, dalam acara itu, hadir Aam Sapulete (Komisaris PTPN III), Roy Suryo (anggota DPR Partai Demokrat yang kini Menteri Pemuda dan Olah Raga) dan Soeyanto (asisten Staf Khusus Presiden).
Begitulah. Kini, Setiyardi kembali muncul dalam lakon baru kampanye hitam Tabloid Obor Rakyat. Disebut kampanye hitam karena seperti dinyatakan Dewan Pers, tabloid ini terbit dengan mengabaikan asas-asas jurnalistik. Tabloid ini ia isi dengan mencomot aneka isu yang berseliweran di media sosial tanpa narasumber yang jelas tentang Jokowi. "Obor Rakyat bukan produk jurnalistik sehingga Dewan Pers tidak bisa memberikan perlindungan kepada Setiyardi dan Darmawan Sepriyossa," kata Yosep Adi Prasetyo, Ketua Komisi Hukum Dewan Pers, kepada Harian Kompas, 16 Juni 2014.
Keterlibatan Istana
Terungkapnya keterlibatan Setiyardi sebagai pelaku kampanye hitam yang masif terhadap Jokowi pada akhirnya menggelinding ke pusat kekuasaan. Begitu kasus ini terungkap, juru bicara presiden, Julian Aldrin Pasha sempat menepis hubungan Obor Rakyat dengan orang-orang di lingkungan istana kepresidenan. “Sudah saya cek tidak ada nama Setiardi sebagai deputi Staf Khusus Presiden,” ujar Julian kepada pers, Jumat 13 Juni 2014.
Pernyataan Julian ini kemudian ditepis sendiri oleh atasan langsung Setiyardi, Velix Wanggai, Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah. Velix mengaku keberatan kalau tabloid yang memuat tudingan berbau SARA terhadap capres Joko Widodo (Jokowi) dikait-kaitkan dengan Istana. “Tabloid Obor Rakyat sama sekali tidak terkait dengan pandangan Istana Presiden,” tulis Velix dalam siaran pers seperti dikutip merdeka.com, Minggu 15 Juni 2014.
Velix menyatakan tulisan di Obor Rakyat adalah pandangan dan sikap pribadi. "Yang bersangkutan tidak pernah melaporkan tentang kegiatan Obor Rakyat, dan kami baru mengetahui beliau sebagai Pemred Obor Rakyat pada hari Jumat, 13 Juni 2014," kata Velix.
Pernyataan Velix ini bertentangan dengan pengakuan Setiyardi sendiri bahwa ia telah menyampaikan rencana menerbitkan Tabloid Obor Rakyat itu kepada Velix Wanggai. Setiyardi juga menyebut, ongkos pencetakan 100.000 eksemplar tabloid sepenuhnya dari koceknya sendiri.
Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha kemudian meralat pernyataan sebelumnya yang menepis keberadaan Setiyardi di barisan deputi staf khusus presiden. Maklum, menurut dia, Presiden SBY sangat terganggu dengan berita ihwal keterlibatan orang dalam istana dalam kegiatan kampanye hitam di Pilpres 2014. "Tentu akan ada investigasi dan tindakan dari Sekretariat Kabinet selaku yang mengoordinasi perangkat di bawah staf khusus," kata Julian seperti dikutip Harian Kompas.
Tindakan apa gerangan yang akan dihadapi Setiyardi? Tampaknya tak ada. Sekretaris Kabinet Dipo Alam bahkan memuji tindakan Setiyardi. "Saya salut dia tidak banci dalam berpolitik. Dia berani dan siap bertanggung jawab atas perbuatannya menerbitkan tabloid," ujar Dipo kepada Rakyat Merdeka seperti dikutip inilah.com. (skj) (Advertorial)