Pengamat: Skandal Obor Rakyat, Istana Terkesan Membela
Seolah Istana Kepresidenan membiayai atau mendukung penerbitan tabloid Obor Rakyat,” kata Ikrar, seperti diberitakan jpnn.com.
"Seolah Istana Kepresidenan membiayai atau mendukung penerbitan tabloid Obor Rakyat.”
Jakarta - Sikap istana yang menyebut bahwa langkah Setiyardi, asisten Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah, Velix Wanggai, yang menerbitkan tabloid Obor Rakyat sebagai sikap pribadi dianggap kontraproduktif. Mestinya pihak istana lebih proaktif dan tegas untuk turut mendorong pengungkapan kasus tersebut.
Hal ini disampaikan pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Arbi Sanit, menanggapi sikap Istana yang cenderung memunculkan kesan melakukan pembelaan terhadap Setiyardi yang juga tercatat sebagai komisaris PTPN XIII itu. “Sikap Istana harus jelas dan tegas ketika melihat ada oknum di situ yang menjadi aktor dari Obor Rakyat. Jangan hanya diam, apalagi terkesan membela,” kata Arbi di Jakarta, Kamis 19 Juni, seperti dikutip jpnn.com.
Arbi menegaskan, Istana tak bisa hanya berkelit dengan menyebut Setiyardi berbuat atas nama pribadi. Karenanya, kata Arbi, Istana harus proaktif membawa Setiyardi ke psoses hukum. “Itu sikap pengkhianat, naif, dan pengecut. Jelas aktornya dari orang dalam Istana, kok hanya bilang ini masalah pribadi,” katanya.
Pernyataan senada juga diungkapkan pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Arie Sudjito. Jika Istana bersikap responsif menyikapi tindakan Setiyardi yang menerbitkan tabloid berisi kampanye hitam, hal tersebut akan mampu menunjukkan kepada publik jika Istana bersikap netral dalam pilpres 2014 ini. “Istana harus segera melakukan tindakan terhadap Setiyardi, mendorong pihak kepolisian menginvestigasi kasus itu secara menyeluruh sekaligus menunjukan siapa otak sekaligus pendana proyek tabloid Obor Rakyatitu,” ucap Arie, seperti dikutip jppn.com
Sementara pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bhakti. Menurut dia, Ikrar, jika Istana Kepresidenan membela Setyardi maka akan muncul kesan bahwa Obor Rakyat memang hasil kerja ring 1 kepresidenan. “Kalau dibela bisa menimbulkan interprestasi negatif. Seolah Istana Kepresidenan membiayai atau mendukung penerbitan tabloid Obor Rakyat,” kata Ikrar, seperti diberitakan jpnn.com.
Sebelumnya, seperti dimuat dalam situs sekab.go.id, Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otda Velix Wanggai menegaskan, tindakan yang dilakukan asistennya, Setiyardi, dalam penerbitan tabloid Obor Rakyat merupakan sikap dan langkah pribadi yang diinisiasi sendiri oleh Setyardi dalam memaknai prosesi demokrasi 2014 ini. “Kami sebagai atasan langsung Setiyardi menegaskan bahwa staf khusus presiden maupun Istana tidak pernah mengeluarkan arahan atau instruksi kepada Setiyardi dalam penerbitan tabloid Obor Rakyat itu,” kata Velix.
Sementara itu, Setiyardi yang direncanakan diperiksa penyidik Badan Reserse Kriminal Polri, Kamis 19 Juni kemarin, ternyata tidak memenuhi panggilan. Alasannya, ia baru membaca surat panggilan untuk diperiksa sebagai terlapor pada hari Kamis itu juga. Pemanggilan kedua akan dilayangkan untuk pemeriksaan Senin, 23 Juni depan.
Ketidakhadiran Setyardi pada pemanggilan pertama, menurutnya, akan tetap ditindaklanjuti lewat upaya pemanggilan kedua, awal pekan depan. Apabila panggilan kedua tidak diindahkan, menurut Kapolri Jenderal Sutarman, Setyardi akan dipanggil paksa. "Itu termuat dalam ketentuan KUHAP," kata Sutarman ke Metro TV, Jumat 20 Juni 2014. (skj) (Advertorial)