Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sebut Sinting, Fahri Hamzah Lukai Hati Santri

Dalam kesempatan yang berbeda calon wakil presiden Jusuf Kalla (JK) menilai anggota tim pemenangan Prabowo-Hatta, Fahri Hamzah tak mengerti.

zoom-in Sebut Sinting, Fahri Hamzah Lukai Hati Santri
Kompas.com
Fahri Hamzah. 

JAKARTA,- Pernyataan 'sinting' Fahri Hamzah dalam laman media sosialnya mendapat kecaman dari kalangan aktivis. Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti menyayangkan pernyataan Fahri Hamzah, anggota tim pemenangan pasangan calon presiden-wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, terkait janji calon presiden Joko Widodo untuk menetapkan 1 Muharam menjadi Hari Santri Nasional.

Menurut Ray, dari pernyataan itu terlihat Fahri tak bisa membedakan antara kritik yang membangun dan kebencian. Pemuatan kata "sinting" di akhir kicauan Fahri yang menyoal janji Jokowi itu adalah diksi kebencian, bukan kritik.

"Fahri membuat definisi sendiri tentang bagaimana ia berbuat dan berkata, lalu menyebut tindakannya sebagai kritik. Dia sedang tidak berbicara di ruang yang kedap suara, tetapi di ruang publik yang memiliki pandangan dan definisi tentang apa itu kritik, kebencian, dan sarkasme," kata Ray melaui pesan elektronik kepada Kompas.com, Rabu 2 Juli 2014. 

Dalam kesempatan yang berbeda calon wakil presiden Jusuf Kalla (JK) menilai anggota tim pemenangan Prabowo-Hatta, Fahri Hamzah tak mengerti cara menghargai santri. Ia justru menganggapnya sinting karena sikap tersebut sangat kelewatan.

"Kelewatan itu, dia sinting kali, apa salahnya menjadikan 1 Muharram sebagai hari santri nasional," kata JK saat memasuki kantor KPU kepada wartawan Republika.co.id, Selasa 1 Juli 2014.

JK menyatakan, peringatan hari nasional itu sudah banyak, tidak ada salahnya menjadikan momentum tersebut untuk memberikan apresiasi kepada para santri. Peringatan itu juga tidak mengubah jumlah hari libur nasional.

Menurut dia, para santri telah banyak memberikan andil kepada bangsa ini. Itulah mengapa, Jokowi-JK ingin memberikan sebuah penghormatan dengan mengalihkan peringatan 1 Muharram sebagai hari santri nasional.

Berita Rekomendasi

"Para santri telah banyak memberikan andil kepada bangsa ini, harus dihargai," ujar dia.

Kritik Fahri soal janji Hari Santri itu disampaikan lewat akun Twitter @fahrihamzah pada Kamis (27/6/2014). Dia menulis, "Jokowi janji 1 Muharam hari santri. Demi dia terpilih, 360 hari akan dijanjikan ke semua orang. Sinting!"

Kicauannya itu mendapat banyak kritikan dari berbagai kalangan khususnya para santri.

Ketua DPP Laskar Aswaja Adhi Tobing Permana mengecam kicauan Fahri Hamzah.  Menurut Adhi, pernyataan Fahri mirip burung beo yang sedang berkicau. "Ini menunjukkan dia (Fahri) tidak paham sejarah dan menghina ulama dan santri di Indonesia," tegasnya.

Untuk itu, Fahri yang mendukung capres Prabowo-Hatta itu diminta segera mencabut pernyataannya dan meminta maaf kepada para santri dan ulama di tanah air. "Kami menuntut pernyataan itu segara diralat, karena telah melukai perasaan kami sebagai para penerus ulama," pungkasnya kepada wartawan jpnn.com, 1 Juli 2014.


Seperti diberitakan, kicauan Fahri Hamzah telah menyakiti hati santri. Marwan Jafar, Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kemarin menilai bahwa komentar Fahri Hamzah di Twitter itu ibarat menantang perang kaum santri.

"Pernyataan Fahri ibarat tantangan perang terbuka kepada kiai, pesantren dan santri yang menyambut gembira janji Jokowi 1 Muharam sebagai Hari Santri," kata Marwan Jafar kepada wartawan detikcom, Selasa 1 Juli 2014.

Menurut Marwan, tidak ada satupun pihak yang mengingkari peran dan perjuangan santri dan pesantren sejak zaman merebut kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan maupun mengisi pembangunan. Pernyataan Fahri Hamzah (PKS) dinilai melecehkan peranan dan eksistensi santri maupun pesantren di seluruh penjuru tanah air.

"Kami meminta agar Fahri Hamzah menarik ucapan tersebut dan dalam waktu 1 x 24 jam ke depan, Fahri Hamzah harus meminta maaf kepada jutaan santri maupun Pak Jokowi sendiri," tegas Marwan.

Padahal pencanangan Hari Santri Nasional itu merupakan permintaan dari Ponpes Babussalam yang disampaikan oleh pimpinan ponpes KH Thoriq Darwis kepada calon presiden Joko Widodo.

Protes serupa muncul dari Keluarga Besar Nahdlatul Ulama (KBNU). Melalui ketuanya, Sultonul Huda, KBNU menilai pernyataan Fahri itu telah melecehkan dan menghina kelompok santri. Pernyataan Fahri, kata dia, adalah bukti bahwa legislator asal Partai Keadilan Sejahtera itu (PKS) itu tidak paham dengan kontribusi santri.

"Fahri tidak paham peran sejarah berdirinya bangsa Indonesia yang melibatkan kaum santri dari pra kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan sampai sekarang. Kami akan melawan sampai titik darah penghabisan ucapan jorok Fahri itu," ujar Sulton dalam rilisnya, kepada wartawan, Senin 30 Juni 2014 seperti dikutip jpnn.com.

Pernyataan Fahri Hamzah itu, kata Sulton, akan membuat kelompok santri Indonesia tidak berpihak pada pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Pasalnya, Fahri merupakan bagian dari tim pemenangan pasangan nomor urut 1 tersebut.

"Tim Prabowo-Hatta melalui Fahri (PKS) sudah jelas-jelas antisantri. PKS adalah penumpang gelap di dalam perjalanan bangsa kita dan penumpang gelap reformasi," tegasnya. 

Sementara Ketua Umum GP Ansor, Nusron Wahid, menilai Anggota Tim Pemenangan Prabowo-Hatta Fahri Hamzah tak memahami sejarah Islam hingga menganggap Jokowi Sinting karena akan menjadikan 1 Muharram sebagai Hari Santri Nasional.

Menurut Nusron, Jokowi jauh lebih baik karena menebar kebaikan-kebaikan yang sifatnya inspiratif seperti Hari Santri, Hari Inovasi Nasional, Hari Buruh dan lain-lain. Itu jauh lebih baik daripada menebar janji kekuasaan dan kursi menteri kepada semua pendukungnya.

"Lagian dengan memberikan Hari Santri Nasional itu, apakah mengganggu produktivitas bangsa Indonesia? Saya kira lebih banyak manfaatnya dari pada mudharatnya," kata Nusron di Jakarta, Senin 30 Juni 2014 seperti dikutip beritasatu.com.

"Fahri itu orang tidak tahu dan memahami sejarah Islam. 1 Muharram itu hari sakral, sebab hari itu merupakan momentum hijrah."

Menurutnya, hijrah itu seharusnya tak hanya dimaknai simbolik sebagai perjalanan dari Makkah menuju Madinah. Tapi juga revolusi mental dari substansi hijrah yang dikontekskan dengan keadaan di Indonesia. Yakni Hijrah dari pemerintahan yang korup menuju pemerintahan yang bersih.

"Kalau gagasan itu dianggap sinting, berarti yang menganggap sinting adalah bahlul dan sontoloyo, dan tidak bisa memaknai hijrah dalam konteks santri di Indonesia," tegasnya.

Sedangkan Koordinator Nasional Laskar Santri Nusantara (LSN) Mohammad Utomo menilai pernyataan Politisi PKS Fahri Hamzah yang menyebut Jokowi sinting karena menjanjikan 1 Muharam sebagai Hari Santri Nasional adalah cerminan amnesia sejarah, sempit pandangan dan dangkal pemahaman sejarah.

"Kami sebagai bagian dari santri sungguh merasa terlecehkan, terhinakan dan dilukai karena pernyataan Fahri Hamzah. Karena kami bukan warga negara yang sinting. Tapi kami bagian penting dari negeri ini yang punya peranan nyata membangun negeri," kata Moh Utomo, di Jakarta, Senin 30 Juni 2014, seperti dikutip beritasatu.com.

Karena itu, LSN meminta agar Fahri menarik ucapan tersebut dan dalam waktu 24 jam ke depan. Menurutnya, Fahri harus meminta maaf kepada jutaan santri seluruh Indonesia.

Selain itu, LSN meminta agar pasangan Prabowo-Hatta mengajari kepada seluruh tim suksesnya untuk tidak melecehkan santri.

"Jika Prabowo-Hatta mendiamkan saja perilaku antisantri dari Fahri Hamzah tersebut, maka sama saja artinya Prabowo-Hatta juga melecehkan dan meremehkan santri se-Indonesia," katanya.

Karena itu, LSN menyerukan kepada seluruh santri dan pesantren se-Indonesia untuk tidak memilih pasangan capres-cawapres Prabowo-Hatta pada Pilpres 9 Juli mendatang karena telah melecehkan Santri se-Indonesia. (skj) (Advertorial)

Admin: Sponsored Content
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas