Oknum Pemeras di Bandara Ancam Telanjangi TKI
Dia nyaris dibawa ke kamar mandi dan disuruh petugas membuka pakaiannya, yang meminta agar mata uang asing yang dimilikinya
Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerasan terhadap para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) saat kepulangannya di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten, kerap terjadi. Satu di antara kisah terungkap yakni berasal dari Mukmainah, wanita asal Tegal, Jawa Tengah yang pernah menjadi TKI di Taiwan.
Mukmainah menceritakan setelah ia pulang dari Taiwan pada 2011-2012, ia mengalami pemerasan yang dilakukan sejumlah oknum di Bandara Soeta. Bahkan ia mengaku hampir ditelanjangi petugas di Bandara Soetta.
Dia nyaris dibawa ke kamar mandi dan disuruh petugas membuka pakaiannya, yang meminta agar mata uang asing yang dimilikinya ditukarkan di tempat penukaran uang asing di bandara.
"Di terminal itu ada yang dipaksain tukar mata uang asing dengan cara paksa, bahkan ada yang sampai mau ditelanjangi segala," ujarnya kepada wartawan di kantor KPK, Jakarta, Rabu (6/8/2014).
Menurut Mukmainah, sulit menyakini para petugas tersebut. Bukan hanya dia, para petugas itu juga mengancam hal yang sama kepada para TKI lain kalau tak menukar mata uang asing.
"Kami perempuan ya malu juga," ujarnya.
Mukmainah menduga pemerasan di Bandara Soetta tersebut juga melibatkan BNP2TKI. Selain itu, ada juga peran aparat kepolisian di sana. Sebab, saat dimintai uang dia juga melihat petugas berseragam polisi di sana.
"Terus di situ misal kami diantar sampai ke rumah lalu kami pas mau turun jarak sekitar satu kilometer yang kira-kira mau turun itu disuruh bayar ke pak sopir. Kami kasih Rp100 ribu mereka tidak terima, mereka mintanya lebih," ujarnya.
Saat dimintai uang, Mukmainah mengaku percaya saja. Selain karena baru pertama kali, ada polisi juga yang membuat dia rela memberikan uang.
"Kami ngikutin saja. Waktu kan minta turun di Pasar Minggu, orang kami punya keluarga di situ, enggak boleh, harus sesuai dengan pasport, tapi kami tetap bayar trayeknya ke Jawa, Rp 500 ribu biayanya," kata dia.
Menurutnya, setelah mengalami tindak pemerasan tersebut, ia tidak melaporkan ke Polisi. Mukmainah dan kawan-kawannya hanya melaporkan ke Migrant Care.
"Kami gak bisa melapor ke Polisi. Orang di situ ada yang pakai seragam Polisi. Itu yang kita bikin agak bingung. Pemerintah kok begitu?" katanya.
Untungnya, Mukmainah tetap keukeuh mengaku tak membawa dolar. Alhasil tak ada yang terampas dengan paksa dari modus itu.
"Cuma teman sebelah saya yang dari Purwodadi itu yang dipaksa sampai disuruh telanjang segala sampai nangis. Alhamdulillah kami tidak. Alasannya sih kami tetap bersikeras kami tidak bawa uang," ujar Mukmainah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.