Pemondokan Jemaah Haji di Luar Markaziah Murni Kesalahan Majmu'ah
Kepala PPIH Daker Madinah Nasrullah menegaskan posisi pemondokan jemaah haji di luar Markaziyah merupakan kesalahan murni Majmu'ah yang ingkar janji.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Kholish Chered
TRIBUNNEWS.COM, MEKKAH - Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Abdurrahman Mohammad Fachir, menyesalkan sikap pengelola pemondokan (Majmu'ah atau semacam event organizer) yang menempatkan jemaah haji Indonesia di pemondokan yang terletak di luar area Markaziah, Madinah.
Menurut ketentuan, pemondokan seluruh jemaah haji di Madinah harus berada di area Markaziah, jarak pemondokan tak boleh lebih dari 650 meter dari Masjid Nawabi. Pemondokan jemaah haji di luar Markaziah otomatis akan mendapat tambahan angkutan dari dan ke Masjid Nabawi.
Pemerintah meminta Majmu'ah menanggung biaya transportasi jemaah yang ke dan dari Masjid Nabawi saat menjalani sunnah Arbain. Jemaah juga akan menerima katering lebih awal dibanding jemaah di pemondokan area Markaziah. Karena lokasi pemondokan di luar Markaziah relatif lebih jauh.
"Kita lihat kontrak perjanjian sewa pemondokan, sangat mungkin mereka (Majmu'ah) akan menanggung biaya transportasi untuk jemaah," ujar Fachir di Media Center Haji (MCH) Daker Jeddah usai rapat khusus membahas pemondokan di Kantor Teknis Urusan Haji (TUH) KJRI di Jeddah, Arab Saudi, Sabtu (13/9/2014) siang.
Jauhnya jarak pemondokan jemaah haji di luar Markaziah menuntut Majmu'ah menyediakan tambahan mobil pengangkut. Dari tiga unit mobil Coaster (kapasitas 25-28 orang) yang tersedia, kini ditambah menjadi enam unit mobil. Biaya transportasi itu akan dibebankan kepada Majmu'ah.
"Tuntutan lain kita adalah tidak membayar penuh kontrak, kan selama ini kontrak juga belum dibayarkan penuh (kepada Majmu'ah)," ujar Fachir. Turut hadir dalam rapat tersebut Kepala PPIH Daker Jeddah Ahmad Abdullah Yunus, serta sejumlah pejabat di Daker Jeddah.
Fachir memastikan kejadian ini kasuistis bukan sistemastis. Kondisi pemondokan di luar Markaziah bisa dimaklumi jemaah haji yang ditemui Fachir. "Karena memang ini di luar kendali kami, meski sudah berupaya sesuai kontrak agar jemaah calon haji mendapatkan pemondokan yang layak di area Markaziyah," terangnya.
Kepada pimpinan PPIH Daker di Jeddah, Makkah dan Madinah, Ketua Sektor dan Kepala Tim Perlindungan Jemaah, Fachir menekankan pentingnya komunikasi antara semua pihak bila terjadi kejadian serupa.
Sejak kasus ini mencuat, PPIH Daker Madinah mensiasati dengan memberikan bus angkutan tambahan. Angkutan bus itu diutamakan untuk para jemaah tua. Yang masih muda dipersilakan jalan ke masjid Nabawi.
"Ada empat sampai lima mobil coaster, bis kecil berisi 25 kursi ini beroperasi keliling (shuttle bus) selama salat lima waktu. Saya mohon, jemaah haji yang berusia muda agar mengalah," ujar Kepala PPIH Daker Madinah Nasrullah kepada wartawan di Madinah.
Nasrullah menegaskan posisi pemondokan di luar Markaziyah merupakan kesalahan murni dari Majmu'ah yang ingkar janji (wanprestasi). Mereka mengingkari perjanjian yang sudah disepakati. "Kami mohon maaf karena ini murni wanprestasi Majmu'ah," ungkap Nasrullah yang mengaku Majmuah yang wanprestasi sebanyak delapan lembaga.
"Bahkan ada Majmu'ah yang menyatakan tidak sanggup menyediakan pemondokan menjelang beberapa hari sebelum kedatangan jemaah calon haji ke Madinah. Namun kita tidak bersedia menuruti keinginan mereka yang menyediakan pemondokan di luar Markaziah karena kontrak yang ditandatangani harus di dalam Markaziah," katanya.
Selain diantar dengan mobil coaster tambahan dan mendapat katering lebih awal, Fachir menambahkan, pihaknya berharap agar jemaah pemondokan di luar Markaziah mendapat kompensasi lain. "Semoga, jemaah dalam kasus ini akan menempati pemondokan yang lebih layak saat di Mekkah," harap Fachir.