Insiden di Al-Ghaza, Jamaah Diminta Tertib Naik dan Turun Bus
Seorang jamaah haji yang menumpang bus shalawat Rawaheel wafat karena terlindas bus
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribun Kaltim dari Arab Saudi, Kholish Chered
TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH -- Sebuah tragedi terjadi di terminal Al-Ghaza, Sabtu (20/9/2014) pukul 14.50 Waktu Arab Saudi (WAS). Seorang jamaah haji yang menumpang bus shalawat Rawaheel wafat karena terlindas bus. Ia terjatuh saat penumpang berdesakan turun sebelum bus berhenti sepenuhnya.
Informasi yang diperoleh dari Seksi Perlindungan Jamaah PPIH Daerah Kerja Makkah, korban atas nama Mudjijem Amat Sadjilah (73 tahun) mengalami patah tulang terbuka dan pendarahan serius. Ia menghembuskan nafas terakhir di RS King Faisol, Makkah.
Identitas korban adalah Mudjijem Amat Sadjilah, usia 73 tahun, nomor passport A8404471, Kloter 24 Solo. Almarhumah kelahiran Sleman, 31 Desember 1941, ini mendapat pemondokan di Sektor I.07.
Terkait insiden tersebut, Kabid Pelayanan Kedatangan-Pemulangan dan Transportasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), Subhan Cholid, menyampaikan belasungkawa. "Kami mendo'akan agar almarhumah husnul khatimah. Jenazah akan diurus pihak maktab sesuai ketentuan yang berlaku," katanya.
Subhan menjelaskan, kondisi terminal Al-Ghaza tidak seimbang antara kapasitas dengan jumlah bus yang masuk. Kondisinya padat dan akan semakin padat menjelang masa puncak haji.
"Selain bus Rawaheel, ada juga bus lain yang lewat di luar jalur terminal. Kondisinya sangat padat. Bus tadi belum berhenti di tempat semestinya berhenti, namun pintu terbuka dan jamaah turun," katanya.
Peristiwa yang terjadi, ada desakan dari jamaah untuk membuka pintu, walaupun belum sampai di titik perhentian. Saat pintu dibuka, banyak penumpang turun. Kemudian bus di depan bergerak dan sopirnya mengikuti pergerakan. Akhirnya korban terjatuh dan terlindas bus.
Agar tidak terjadi peristiwa serupa, ia mengimbau kepada petugas transportasi di lapangan agar memastikan pintu hanya boleh dibuka oleh sopir saat bus berhenti secara sempurna.
"Kepada ketua rombongan dan ketua kloter, agar menyampaikan pada jamaah, ketika bus belum berhenti pada tempatnya, jangan buru-buru turun atau naik," katanya.
"Kami pun berkali-kali mengimbau kepada jamaah agar berhati-hati. Ini maknanya luas dan panjang. Ketika naik dan turun, bus harus dalam keadaan berhenti sempurna. Kebiasaan jamaah kita, bus belum berhenti sudah dikejar. Seharusnya mereka tidak khawatir karena busnya ada," katanya.
Sementara itu, Kasi Perlindungan Jamaah Haji, Jaetul Muchlis, mengatakan kawasan di sekitar Masjidil Haram memang memerlukan perhatian khusus.
"Aktivitas di sektor khusus sangat padat dan dinamis. Sementara petugas yang handle sangat terbatas. Ini titik rawan yang sudah diprediksi. Sementara petugas transportasi harus mengatur ritme keberangkatan dan kedatangan. Juga mengarahkan jamaah, terutama di saat padat," katanya.
Ia pun mengingatkan para jamaah harus naik di titik kumpul naik dan turun di titik kumpul turun. "Ini prosedur. Kami akan berkoordinasi dengan seksi transportasi untuk menekankan kembali pada sopir agar tidak mengindahkan permintaan penumpang yang meminta turun tidak pada tempatnya," katanya. (*)