Menyikapi Tantangan Masyarakat Asean dengan Cerdas dan Berbudi Luhur
Tidak terasa sudah jika implementasi dari Masyarakat ASEAN sudah semakin mendekat
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Tidak terasa sudah jika implementasi dari 'Masyarakat ASEAN' sudah semakin mendekat. Tinggal beberapa bulan lagi kesepakatan untuk diberlakukannya 'ASEAN yang bersatu' sudah harus diterapkan.
Wujud dari masyarakat Asia Tenggara yang satu atau tunggal pada intinya tak hanya diberlakukan pada bidang ekonomi. Masyarakat Indonesia pada dasarnya harus siap untuk menghadapi tantangan perubahan di segala bidang.
Untuk menyikapi berbagai perubahan tersebut, seyogyanya terus dilakukan sosialisasi, sejatinya pada seluruh elemen masyarakat.
Disamping itu, peningkatan sumber daya manusia (SDM) tentunya mutlak dilakukan terus menerus. SDM yang berkualitas tidak akan tergerus oleh
perubahan atau perkembangan zaman. Oleh karena itu, Indonesia senantiasa memerlukan SDM yang cerdas dan berbudi luhur.
Manusia Indonesia yang punya karakter, cerdas dan berbudi luhur tidak akan kesulitan dalam menerima perubahan dan perkembangan zaman, bahkan akan tetap survive dalam kearifan lokal.
Demikian intisari dari seminar yang diselenggarakan oleh Rumah Cerdas Budi Luhur, dari Universitas Budi Luhur, Jumat (17/10) di Ruang Teater Kampus Utama Universitas Budi Luhur, Jl.Petukangan Utara, Ciledug Raya, Jakarta Selatan.
Seminar dengan tema 'Teknologi Berbudaya' ini semula hanya menghadirkan dua pembicara, yakni Ketua Harian Badan Pengurus Harian (BPH) Yayasan Budi Luhur Cakti Kasih Hanggoro, MBA, dan Hari Soetanto, S1.Kom, MSc, Deputi Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Pusat Pengembangan Masyarakat (PPM) Universitas Budi Luhur.
Namun, Rektor Universitas Budi Luhur Prof.Ir.Suryo Hapsoro Tri Utomo, Ph.D yang semula hanya memberikan kata pengantar, akhirnya tetap tinggal bersama Kasih Hanggoro dan Hari Soetanto untuk bersama-sama turut memberi 'pencerahan'.
Seminar yang dihelat oleh Rumah Cerdas Budi Luhur ini sangat menarik minat sivitas academika Universitas Budi Luhur. Ruang Teater yang terletak di lantai-4 Gedung Utama dipadati para mahasiswa/mahasiswi, dari berbagai fakultas.
Mereka juga tanggap untuk merespon apa yang disampaikan oleh Kasih Hanggoro dan Hari Soetanto, termasuk dalam menyikapi tantangan 'Teknologi Berbudaya' yang tak jarang membuat gamang atau miris dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa penanya terbaik memperoleh doorprize yang disediakan oleh panitia.
Kasih Hanggoro bahkan menyumbangkan sebuah buku kepada seorang mahasiswa yang mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh rektor. (tb)