Wacana Pengurangan Jam Kerja Perempuan, Perhatian Setengah Hati Pemerintah
Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia menentang wacana pengurangan jam kerja wanita selama dua jam
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia menentang wacana pengurangan jam kerja wanita selama dua jam. Pengurangan waktu kerja ini dinilai bukan sebagai solusi supaya perempuan punya waktu untuk keluarga dan mendidik anak.
Juru Bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, Iffah Ainur Rochmah, mengatakan wacana ini merupakan bentuk perhatian setengah hati dari pemerintah supaya para ibu yang memiliki anak tidak memutuskan berhenti berkarier dan tidak mempertentangkan pekerjaan. Padahal, kata Iffah, kodrat seorang wanita itu sebagai istri, ibu dan pengatur rumah tangga.
"Wacana pengurangan jam kerja itu dalam rangka merespon banyak wacana ketika ibu bekerja ada fungsi di keluarga yang terabaikan, seperti anak tidak terurus. Perempuan ikut bekerja itu tetap tidak bisa dihilangkan akan berpotensi bertentangan dengan naluri keibuan," ujar Iffah dalam konferensi pers Kongres Ibu Nusantara (KIN) 2 di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Minggu (21/12/2014).
Menurut Iffah, pada hari ini telah terjadi pergeseran pemaknaan peran perempuan di masyarakat. Dia menjelaskan, perempuan dimaknai bukan hanya bertugas mengurus anak, tetapi juga bekerja untuk menghidupi kehidupan sehari-hari. (Baca juga: Menaker Hanif Kaji Usulan Pengurangan Jam Kerja bagi Perempuan)
"Perempuan tidak hanya lagi mengurus anak. Pergeseran peran di rumah tangga dan ranah publik perlu dikritisi. Bekerja tidak dilarang, tetapi pekerjaan perempuan bisa dijamin tidak berisiko terhadap hilangnya kehormatan, membahayakan diri dan tidak menjauhkan diri sebagai ibu pendidik generasi," kata Iffah.
Namun saat dikeluarkannya wacana tersebut, banyak perempuan yang mengeluh, sebab apabila dikurangi jam kerja, maka pendapatan berkurang padahal kebutuhan tinggi. Menurut Dedeh Wahidah Ahmad, anggota DPP Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia ini merupakan sebuah sistem yang salah.
"Apabila sistem tidak diubah itu dilema bagi perempuan. Wacana pengurangan jam kerja itu selain setengah hati itu tidak tepat. Justru perempuan atau anak menderita karena sistem melingkupi," tambah Dedeh Wahidah.
Muzlimah Hizbut Tahrir Indonesia menyelenggarakan Kongres Ibu Nusantara (KIN) ke-2 di 50 kota di seluruh Indonesia pada rentang tanggal 14, 19, 20, dan 21 Desember 2014. Pada tahun ini, kongres mengusung tema 'Matinya Fungsi Negara Dalam Rezim Neolib: Sumber Penderitaan Ibu dan Anak'.
Kongres diselenggarakan di 50 kota di seluruh Indonesia pada rentang tanggal 14, 19, 20, dan 21 Desember 2014. Kongres ini mengumpulkan ibu dari kalangan Majelis Ta lim, Aktifis LSM/Ormas/Orpol buruh, TKW/keluarga TKW, penggerak PKK/Posyandu/Dasawisma, tokoh perempuan dan kalangan terkait lainnya. Peserta terdaftar 27.000 orang di seluruh Indonesia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.