Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ribka Tjiptaning sangat mengagumi sosok presiden ke-4 Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid. Menurutnya, Gus Dur yang kerap disebut sebagai tokoh pluralisme dirasakan betul oleh politikus PDI Perjuangan tersebut.

Ribka Tjiptaning yang terlahir dari seorang anggota Partai Komunis Indonesia--ayahnya bernama Raden Mas Soeripto Tjondro Saputro dan ibunya bernama Bandoro Raden Ayu Lastri Suyati--kerap merasa takut jika bertemu dengan para kiai. Namun, tidak baginya saat bertemu dengan Gus Dur.

"Saya merasa paling dilindungi oleh Gus Dur. Bahkan Gus Dur mengatakan ia punya seorang anak angkat yang beragama Kristen dan juga seorang anak PKI," kata Ribka dalam peluncuran buku 'Gus Dur di Mata Perempuan' di restoran Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (23/12/2014).

Wanita yang merupakan Anggota DPR RI itu mengisahkan saat tahun 2002 membuat buku berjudul 'Aku Bangga Jadi Anak PKI'. Pada saat itu, dia kaget bahwa Gus Dur mau menulis sambutan dalam bukunya.

Tak hanya itu, pada saat launching buku tersebut Gus Dur pun turut menghadiri dan datang lebih awal dari jadwal yang ditentukan. Padahal, Gus Dur sebenarnya sudah memiliki acara di luar kota namun dibatalkan.

"Pak Dur (Gus Dur) saat itu datang lebih awal satu jam. Pak Dur mengaku takut launching buku saya diserbu," ucap Ribka.

Pada saat Ribka pertama kalinya terpilih menjadi anggota DPR setelah dilantik dia menyambangi kediaman Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan. Ribka pun mengaku menangis dihadapan Gus Dur karena selama 32 tahun tidak ada anak PKI yang masuk parlemen.

Pada saat di rumah Gus Dur itu, Ribka pun menyatakan untuk membuat buku kembali. Menurutnya, buku terbarunya akan diberi judul 'Anak PKI Masuk Parlemen'.

"Pak Dur saat itu pun tertawa mendengar judul tersebut. Pak Dur berkata 'sampean kok bikin judul yang seram-seram," ujarnya.

Ribka mengaku, Gus Dur selalu menghangatkan dirinya ketika ada kebekuan politik. Baginya, Gus Dur bagaikan sebuah matahari yang selalu menghangatkan.

Satu hal yang tidak pernah lupa ia lakukan adalah pada saat Hari Raya Idul Fitri selalu menyambangi kediaman Gus Dur. Menurutnya, ia adalah orang pertama yang mendatangi kediaman Gus Dur disaat Idul Fitri pada saat masih menjabat sebagai presiden ataupun tak lagi menjadi presiden.

"Pak Dur kalau membela orang tidak lihat latar belakang. Belum tentu 100 tahun lagi ada orang seperti Pak Dur yang bisa menerima pluralisme," tandasnya.