Klinik Anti-Aging di Indonesia Belum Terakreditasi Secara Internasional
Saat ini klinik anti-aging yang ada di Indonesia belum terakreditasi secara internasional. Padahal di luar negeri, semua klinik telah memperolehnya
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini klinik anti-aging yang ada di Indonesia belum terakreditasi secara internasional. Padahal di luar negeri, semua klinik telah memperoleh akreditasi.
"Di Indonesia belum pernah minta diakreditasi. Di luar negeri sudah," kata dr Deby Vinski, Ratu Anti-aging Dunia seusai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di rumah dinas Wapres, Selasa (3/2/2017) pagi.
Deby yang merupakan Presiden Badan Akreditasi Kedokteran Preventive & Anti-Aging Dunia menyatakan, dirinya justru sering menerima pengajuan akreditasi dari luar negeri perusahaan di Singapura dan Bangkok.
"Kondisi ini ibarat judul lagu Sakitnya Di Sini. Saya tinggal di Indonesia, berwenang melakukan akreditasi tapi justru negara lain yang mengajukan, bukan dari Indonesia," katanya.
Sebenarnya akreditasi bukan masalah bisnis atau melarang beroperasi kalau tidak memenuhi syarat akreditasi. Justru kita memberitahukan jika mereka tidak tahu.
Sebenarnya, syarat-syarat untuk akreditasi sudah ada di website, sehingga untuk syarat mendapatkan akreditasi sudah bisa diukur sendirinya.
"Misalnya, dokter Anti-Aging harus sudah punya pengalaman, pernah mengikut seminar internasional anti-aging," katanya.
Kekecewaan Deby sebenarnya bukan tanpa alasan. Apalagi dirinya ingin membangun pusat layanan anti-aging terbesar di dunia. Apalagi Jusuf Kalla yang menjabat sebagai Wakil Presiden adalah Penasehat organisasi WOCPM mendukung rencana itu.
"Di tempat itu akan diisi dengan pusat stem cell autologus dan bank stem cell yang aman, dan dikembangkan dari tubuh pasien sendiri," tutur Deby.
Jusuf Kalla berharap masyarakat yang berpenghasilan tinggi tidak perlu lagi ke Singapura, karena Presiden WOCPM-nya tinggal di Indonesia. Jadi kita punya kelebihan.
Kalla juga mengingatkan kembali pentingnya upaya preventif dalam hal menjaga kesehatan. "Sebagai bagian dari pemerintah, selalu yang kita inginkan adalah preventif dulu, baru pro-aktifnya," katanya.
Deby menambahkan dirinya menyampaikan kepada Kalla terkait rencana pertemuan pemimpin atau presiden asosiasi anti aging di Monte Carlo, Monaco, 28 Maret mendatang.
"Pembahasannya mengenai pentingnya pencegahan penyakit dan perbaikan hormonal yang mempengaruhi revolusi mental. Pembahasaan akreditasi WOCPM diikuti 74 negara," kata Deby. (Eko Sutriyanto)