Polres Bogor Periksa 38 Pelaku Penyerangan Majelis Milik Ustad Arifin Ilham
Masjid Azzikra pimpinan Ustadz Arifin Ilham didatangi puluhan orang. Polres Bogor sudah mengamankan pelakunya.
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Wartakota Soewidia Henaldi
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Masjid Azzikra pimpinan Ustadz Arifin Ilham yang berlokasi di kawasan Sentul, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, didatangi puluhan orang semalam. Kedatangan massa diduga karena masalah spanduk yang terpasang di area komplek masjid.
Polres Bogor sudah mengamankan puluhan orang tersebut. Saat ini petugas masih melakukan pemeriksaan terhadap kelompok massa tersebut.
Kabagops Polres Polres Bogor, Kompol Imron Ermawan mengatakan massa yang berjumlah sekitar 38 orang mendatangi komplek Azzikra sekira pukul 21.00 WIB.
"Kedatangan mereka mulai jam 9 sampai 11 malam semalam. Mereka mempertanyakan informasi yang beredar melalui sms, bbm daan watsapp yang mengatakan bahwa ada spanduk yang bertuliskan kira-kira isinya menghina aliran mereka, yaitu dalam tanda kutip Syiah," ujarnya kepada wartawan di di Mapolres Bogor, Kamis (12/2/2015).
Kedatangan kelompok yang masih belum diketahui asalnya itu kata Imron ingin mengonfirmasi kepada pihak Masjid Namun, karena tidak mendapat penjelasan dari pihak pengelola masjid, massa terlibat adu mulut dengan kelompok massa tersebut.
"Karena mereka datang pada waktu yang tidak seharusnya untuk bertamu, akhirnya pertengkaran mulut dengan sekuriti masjid dan akhirnya terjadi perkelahian," katanya.
Dalam kejadian itu sekuriti bernama Faisal Salim (43) menjadi korban pemukulan. Polisi yang mendapat informasi tersebut kemudian meluncur ke lokasi kejadian dan mengamankan puluhan orang itu.
"Masih kita dalami, dan semuanya kita periksa, mereka datang atas suruhan siapa dan ada apa itu kita masih dalami," katanya.
Kini semua massa yang mendatangi masjid Azzikra diperiksa di Mapolres Bogor. beberapa saksi dan korban telah diperiksa. Belum satupun dari orang-orang yang diamankan mau dikonfirmasi terkait kejadian itu.
Bahkan wartawan yang mencoba mengambil gambar, dilarang oleh kelompok massa tersebut