Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Direktur Klinik Pancasila: Usia Indonesia Makin Bertambah Pancasila Semakin Ditinggalkan

Semakin usia Indonesia bertambah, semakin Pancasila dilupakan. Pancasila kini hanya sebatas dilihat sebagai simbol dan cuma dihafal.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Y Gustaman
zoom-in Direktur Klinik Pancasila: Usia Indonesia Makin Bertambah Pancasila Semakin Ditinggalkan
Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan
Pekerja membajak lapangan Pancasila sebelum ditanami rumput di kawasan Simpanglima, Kota Semarang, Jateng, Rabu (19/11/2014). Penanaman rumput dengan menggunakan alat yang sering digunakan untuk membajak sawah ini menjadi efektif dalam perbaikan kawasan di pusat kota Metropolitan Jawa Tengah. (Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Semakin usia Indonesia bertambah, semakin Pancasila dilupakan. Pancasila kini hanya sebatas dilihat sebagai simbol dan cuma dihafal.

"Di usia negara ke-70 tahun mestinya sudah tidak perlu Gerakan Cinta Pancasila. Seharusnya Pancasila telah membumi di setiap masyarakat Indonesia," ujar Direktur Klinik Pancasila Dodi Susanto di Jakarta, Senin (16/3/2015).

Namun, kata Dodi, kondisinya saat ini sungguh memprihatinkan. Pancasila benar-benar ditinggalkan dan sangat jarang warga Indonesia mau mengamalkan sila-sila Pancasila.

"Berbagai konflik anak bangsa, misalnya perseturuan abadi pengemar sepak bola, pertentangan KIH-KMP adalah bagian dari tidak dijalankannya Pancasila," katanya.

Masyarakat sering lupa Pancasila harus menjadi kapsul peradaban yang harus diingat sewaktu-waktu. Sehingga saat ini masih relevan untuk kembali mengingatkan arti penting Pancasila.

"Membangkitkan sila pertama diwujudkan ada gerakan masyarakat takut pada Tuhan. Sila kedua kemanusiaan benar-benar hilang. Indonesia harus maju rukun, kompak. Harus pandai berkompromi," katanya.

Berita Rekomendasi

Persatuan Indonesia perlu diwujudkan dalam tindakan-tindakan untuk mempersatukan. Dan sila keempat menghasilkan DNA musyarawah mufakat. Jadi DNA bangsa Indonesia, rebuglah. Tidak ada titipan untuk kompetisi.

"Sementara untuk sila kelima yakni keadilan sosial disarankan mengatur kembali mengeksploitasi sumber daya alam. "Ini bukan peninggalan nenek moyang, tapi warisan anak cucu," tambahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas