Komisi Dakwah MUI: Hentikan Perdebatan Pembacaan Alquran Langgam Jawa
Pembacaan Alquran dengan tajwid dan makharijul huruf yang tepat tapi berlanggam Jawa, sama halnya berbahasa Inggris atau Arab menggunakan logat Jawa.
Penulis: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Y Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembacaan Alquran menggunakan langgam Jawa seperti dilantunkan dalam acara peringatan Isra Mi'raj di Istana Negara, Jakarta, beberapa waktu lalu tak perlu ditanggapi berlebihan.
Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis menilai masing-masih daerah memiliki logat bahasa masing-masing dan kaya dengan cipta karsa dan seni yang berbeda.
Terkait pembacaan Alquran berlanggam Jawa, kata Cholil, bertujuan untuk dakwah, di mana pada saat itu orang gandrung dengan permintaan wayang. Sehingga kemudian orang Jawa lebih cinta dan senang membaca Alquran.
"Asal tujuannya baik, makharijul huruf dan tajwidnya tepat, hukumnya ya boleh-boleh saja. Yang menjadi kesepakatan sahabat dan ulama adalah Alqurannya, sedang model cengkoknya, bahkan logat bacaannya adalah hal ijtihadi, siapapun yang punya kapasitas boleh inovasi," ujar Cholil kepada Tribunnews.com, Kamis (28/5/2015).
Secara pribadi Cholil mengutamakan langgam Arab untuk pembacaan Alquran karena ketika turun dan bahasanya adalah Arab.
Menurut Cholil, pembacaan Alquran dengan tajwid dan makharijul huruf yang tepat tapi menggunakan langgam Jawa, sama halnya berbahasa Inggris atau Arab menggunakan logat Jawa.
"Kita hentikan ribut soal langgam Jawa dalam membaca Alquran ini, karena ada hal yang lebih penting dan mendesak, yaitu pemaknaan Alquran yang mendalam untuk dipahami masyarakat. Agar Alquran tk hanya merdu di telinga tapi juga bisa menghujam di hati," terang Cholil.