Sutiyoso Singkirkan Sembilan Calon Kepala BIN
Ryamizard Ryacudu mengatakan, ada 10 nama yang dipertimbangkan sebelum Presiden Jokowi memilih mantan Pangdam Jaya Letjen (Purn) Sutiyoso
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Menteri Pertahanan Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu mengatakan, ada 10 nama yang dipertimbangkan sebelum Presiden Jokowi memilih mantan Pangdam Jaya Letjen (Purn) Sutiyoso sebagai calon kepala Badan Intelijen Negara. Namun, saat Presiden Jokowi memilih Sutiyoso, maka Ryamizard menganggap bahwa pilihan itu yang terbaik.
"Di mata Presiden, itu yang terbaik. Banyak kandidat (kepala BIN), ada 10 nama. Namun, yang menentukan Presiden," kata Ryamizard seusai kuliah umum kepada ratusan mahasiswa di Graha Bela Negara, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (12/6/2015), seperti dikutip dari Antara.
Ryamizard mengaku mendukung keputusan Jokowi yang memilih Sutiyoso sebagai kepala BIN. "Nanti saya cawe-cawe dikatakan tidak loyal lagi. Saya dukung putusan Presiden," tuturnya.
Selain itu, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu mengimbau agar jangan terlalu cepat mengomentari pencalonan Letjen (Purn) Sutiyoso sebagai kepala BIN. "Lihat dulu, jangan tanggap-tanggapi dulu. Mudah-mudahan bagus," ujarnya.
Ryamizard mengatakan, selama menjadi Gubernur DKI Jakarta, karier Sutiyoso terbilang bagus. Bukan hanya itu, pria yang akrab disapa Bang Yos itu juga memiliki prestasi selama berkiprah di bidang militer. "Bagus, kalau enggak bagus, enggak mungkin jadi bintang tiga," ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mempertimbangkan rekam jejak dan kompetensi dalam penunjukan Sutiyoso sebagai kepala BIN.
"Saya juga telah mengajukan pencalonan Sutiyoso sebagai kepala BIN ini, saya juga sudah melalui banyak pertimbangan dan memperhatikan baik rekam jejak maupun kompetensi dari Pak Sutiyoso," kata Presiden Jokowi di kediamannya Jalan Kutai Utara, Sumber, Solo, Rabu (10/6/2015).
Jokowi mengatakan, pertimbangan pengajuan nama Sutiyoso sebagai kepala BIN itu mengingat rekam jejaknya di dunia intelijen dan militer. Sutiyoso dinilai memiliki pengalaman dan kompetensi yang cukup untuk memimpin badan tersebut.
"Terutama di dunia intelijen dan militer, saya berharap DPR RI memberikan pertimbangan atas usulan tersebut," ujarnya.