Wapres JK: Perekonomian Indonesia Terdampak Krisis Asia
Nilai tukar rupiah sempat menyentuh Rp 14 ribu per dolar Amerika Serikat, Jumat (21/8/2015). Tapi kembali menguat di kisaran Rp 13.964 saat penutupan.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah sempat menyentuh Rp 14 ribu per dolar Amerika Serikat, Jumat (21/8/2015). Tapi kembali menguat di kisaran Rp 13.964 saat penutupan.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut pelemahan rupiah disebabkan banyak hal. Sebelumnya, nilai tukar rupiah turun karena perekonomian AS yang membaik, sehingga dolar menguat terhadap seluruh mata uang, termasuk rupiah.
Nilai tukar rupiah kembali melemah setelah Tiongkok mendevaluasi mata uangnya, Yuan, hingga hampir dua persen. Eratnya perdagangan Tiongkok dan Indonesia membuat perekonomian Indonesia kembali terdampak.
Belakangan, krisis ekonomi dan politik Malaysia kembali memperparah kondisi ekonomi Indonesia. Alhasil kepercayaan pasar terhadap Asia ikut menurun, dan dampaknya terasa di hampir seluruh Asia.
"Ekonomi di Asia itu menurun banyak orang keluar dari Asia," kata Wapres JK kepada wartawan di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (11/8/2015).
Fenomena ini membuat banyak investor meninggalkan rupiah dan menggantinya dengan dolar, yang selama ini nilai tukarnya relatif stabil. Dampaknya, permintaan terhadap dolar terus meningkat, dan nilai tukar rupiah tergerus.
"Artinya dolar susah, berarti dia kuat. Begitu rumusnya kenapa rupiah melemah " jelas JK.