Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pemerintah Dinilai Pilih-pilih Kasus Penyelesaian Pelanggaran HAM Masa Lalu

SETARA Institute meminta pemerintah supaya tidak memilih-milih menyelesaikan pelanggaran HAM berat pada masa lalu.

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Pemerintah Dinilai Pilih-pilih Kasus Penyelesaian Pelanggaran HAM Masa Lalu
Nurmulia Rekso Purnomo/Tribunnews.com
Bonar Tigor Naipospos 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - SETARA Institute meminta pemerintah supaya tidak memilih-milih menyelesaikan pelanggaran HAM berat pada masa lalu.

Selama ini, pemerintah dinilai hanya fokus pada tujuh kasus.

Tujuh kasus itu, yaitu Peristiwa 1965-1966, Penembakan Misterius 1982-1985, Kasus Talangsari-Lampung 1989, Penculikan dan Penghilangan Paksa Aktivis 1997-1998, Kerusuhan Mei 1998, Trisakti Semanggi I dan Semanggi II 1998-1999, dan Wasior Wamena 2001-2003.

Wakil Ketua SETARA Institute, Bonar Tigor Naipospos, mengatakan dalam catatan SETARA Institute kasus pelanggaran HAM berat pada masa lalu tak hanya sebatas tujuh yang sudah diselidiki.

"Dalam catatan ada 17 kasus, ditambah Papua dan Aceh. Itu juga harus menjadi perhatian. Negara tidak bisa pilih-pilih, tetapi harus secara keseluruhan," tutur Bonar ditemui di kantor SETARA Institute, Jakarta, Senin (28/9).

Menurut Bonar, pemerintah harus membuka kepada publik arsip-arsip berkaitan penanganan kasus pelanggaran HAM masa lalu. Ini dilakukan supaya ada transparansi agar masyarakat mengetahui.

"Berkaitan pelanggaran HAM itu harus dibuka kepada publik. Kalau arsip tidak dibuka bagaimana kebenaran mau diungkap," kata dia.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas