Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Yusuf: Lubang Pembuangan Tujuh Pahlawan Revolusi Digali dengan Tangan Kosong

Ia mengingat ada delapan orang warga Lubang Buaya yang diminta untuk menggali.

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Cerita Yusuf: Lubang Pembuangan Tujuh Pahlawan Revolusi Digali dengan Tangan Kosong
Nurmulia Rekso Purnomo/Tribunnews.com
Muhammad Yusuf (66), salah satu penggali lubang tempat tujuh pahlawan revolusi dikubur, di kelurahan Lubang Buaya, Jakarta Timur, pada Oktober 1965. Muhammad Yusuf memegang piagam yang diberikan oleh pemerintah. 

Sekitar pukul 10.00 WIB, mayat pertama berhasil diangkat. Mayat tersebut sudah berada dalam kondisi membusuk, dan mengeluarkan bau tidak sedap.

Yusuf saat itu berada sekitar 20 meter dari lokasi penggalian, ia mengaku dapat dengan jelas mengendus bau anyir. Proses tersebut akhirnya berakhir sekitar pukul 13.00 WIB, setelah mayat ke tujuh diangkat.

Setelahnya, berangsur-angsur tentara yang berada di lokasi beranjak pulang. Tentara yang menyuruh Yusuf dan teman-temannya menggali, membiarkan mereka begitu saja tanpa petunjuk lebih lanjut.

Akhirnya pada Senin sore setelah semua tentara sudah pergi, Yusuf dan teman-temannya kemudian memberanikan diri untuk pulang ke kediamannya masing-masing.

"Kita tidak tahu jenazah siapa itu. Setelah sekitar empat hari, saya baru baca di koran, ternyata itu jenazah tujuh pahlawan revolusi, korban PKI," ujarnya.

Melalui pemberitaan di koran Yusuf mengetahui tujuh pahlawan revolusi itu diculik dari kediamannya masing-masing pada Kamis malam, 30 September 1965. Mereka dibawa ke wilayah Lubang Buaya, untuk kemudian dibunuh.

Di lokasi tempat diketemukannya mayat tersebut, sejak sekitar tiga bulan sebelumnya memang sudah ramai dijadikan tempat latihan ribuan anggota Pemuda Rakyat.

Berita Rekomendasi

Yusuf mengetahui para anggota Pemuda Rakyat itu tengah menggelar latihan militer, untuk persiapan operasi penyerbuan Malaysia.

Suara gaduh, desingan peluru, hingga nyanyian "Genjer-genjer" yang dinyanyikan oleh ribuan orang, bukan lah hal yang mencurigakan bagi Yusuf dan warga Lubang Buaya lainnya.

Oleh karena itu tak seorang pun curiga, dengan keramaian yang terjadi pada malam Jumat, 30 September 1965, di sekitar lokasi penemuan jenazah.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas