Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Yusuf: Lubang Pembuangan Tujuh Pahlawan Revolusi Digali dengan Tangan Kosong

Ia mengingat ada delapan orang warga Lubang Buaya yang diminta untuk menggali.

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Cerita Yusuf: Lubang Pembuangan Tujuh Pahlawan Revolusi Digali dengan Tangan Kosong
Nurmulia Rekso Purnomo/Tribunnews.com
Muhammad Yusuf (66), salah satu penggali lubang tempat tujuh pahlawan revolusi dikubur, di kelurahan Lubang Buaya, Jakarta Timur, pada Oktober 1965. Muhammad Yusuf memegang piagam yang diberikan oleh pemerintah. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lubang sedalam sekitar 12 meter tempat tujuh orang pahlawan revolusi dipendam, sebagian besarnya digali hanya dengan menggunakan tangan kosong.

Salah satu pelaku penggalian adalah Muhammad Yusuf, yang pada saat itu masih berumur 16 tahun, bekerja sebagai hansip di kelurahan Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Kepada TRIBUNnews.com, saat ditemui di kediamannya, Yusuf mengaku masih ingat betul, pada 3 Oktober 1965, sekitar pukul 15.00 WIB, ia tiba-tiba disambangi oleh lurah Lubang Buaya yang akrab dipanggil Keling.




Sang lurah menyambanginya ke rumahnya dengan menumpangi mobil jeep Willys, saat ia tengah menjaga ayahnya yang sakit.

"Bawa pacul, kita benerin saluran (air)," kata sang Lurah mengajak Yusuf.

Saat itu ia hanya mengenakan celana pendek, dan kaos dalam berwarna putih yang sudah agak lusuh.Mendapat perintah dari atasan, ia pun langsung mematuhinya.

Walaupun ia sempat bingung, karena saat itu adalah musim panas, dan hampir tidak ada gunanya memperbaiki saluran air di musim panas, mengingat daerah Lubang Buaya bukan lah daerah banjir.

BERITA TERKAIT

Sang lurah membawanya ke perkebunan yang terletak tak jauh dari jalan raya Pondok Gede. Di lokasi ia akhirnya mendapati kecurigaannya benar, tidak mungkin ia diajak memperbaiki saluran air.

Pasalnya di lokasi tersebut terdapat ratusan tentara dari berbagai kesatuan, yang mengenakan seragam loreng. Di perkebunan itu ia mendapati sudah terdapat sejumlah laki-laki yang ia kenal.

Sang lurah kemudian membawa Yusuf ke hadapan seorang perwira TNI berseragam loreng, Perwira tersebut lalu menunjuk ke gundukan tanah yang ditanami pohon pisang, lalu memerintahkan agar lahan tersebut digali.

Tanpa diberitahu untuk apa lahan itu digali, Yusuf menuruti saja perintah tersebut.

Ia mengingat ada delapan orang warga Lubang Buaya yang diminta untuk menggali. Selain dirinya, saat itu juga terdapat Martai, Mahmud, Madali, Pani, Hambari, Suparyono dan Asmali.

Sebagian dari mereka dikumpulkan oleh lurah, sebagiannya lagi dikumpulkan oleh tentara. Mereka diminta menggali lahan seluas sekitar 5 X 4 meter.

Hingga menjelang pukul 16.30 WIB, seorang Polisi yang berpangkat agen polisi tingkat 2 atau setingkat barada polisi, yang belakangan ia ketahui bernama Sukitman, kemudian menunjuk satu titik di lokasi penggalian itu.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas