Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Generasi Muda Wajib Jadi Benteng NKRI dari Gangguan Terorisme

Dengan dasar itulah, generasi muda harus membekali diri dengan ilmu yang tinggi

zoom-in Generasi Muda Wajib Jadi Benteng NKRI dari Gangguan Terorisme
TRIBUN/HAYU YUDHA PRABOWO
Ledakan rumah terduga teroris usai disergap Pasukan khusus anti teror dalam simulasi penanganan terorisme yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Pemerintah Daerah Se-Malang Raya di Lapangan Bandara Abdulrachman Saleh Malang, Jawa Timur, Rabu (26/8/2015). Simulasi ini menggunakan aplikasi langsung bom mobil berbahan kimia, biologi, radioaktif, dan nuklir. SURYA/HAYU YUDHA PRABOWO 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Generasi muda Indonesia sebagai calon penerus bangsa di masa mendatang, wajib menjadi benteng bagi kelangsungan dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dengan dasar itulah, generasi muda harus membekali diri dengan ilmu yang tinggi, baik ilmu agama maupun ilmu sosial, teknologi, dan eknomi, terutama dalam menangkal pengaruh paham kekerasan dan terorisme.

Pasalnya, generasi muda adalah incaran utama propaganda paham kekerasan dan terorisme, baik secara konvensional maupun melalui dunia maya (media sosial).

“Generasi muda kita jangan lupa terhadap sejarah perjuangan bangsa ini bagaimana kita dulu merebut kemerdekaan dari penjajah. Jadi sebagai generasi muda, kewajiban kita sekarang adalah bersatu dan berjuang melawan segala macam gangguan, khususnya terorisme, yang mengancam NKRI,” ujar Pebalap Nasional Ananda Mikola dalam pernyataannya, Kamis (15/10/2015).

Menurut kakak anggota Komisi X DPR RI Moreno Soeprapto ini, generasi muda harus menjadi yang terdepan dalam membantu upaya pemerintah, dalam hal Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melakukan pencegahan ancaman terorisme.

Caranya adalah memperdalam ilmu agama yang benar dan meningkatkan kemampuan ilmu-ilmu lainnya dari jalur akademik.

"Faktor pendidikan ini sangat penting dalam menangkal pengaruh paham kekerasan dan terorisme. Faktanya banyak anak muda yang terpengaruh bahkan bergabung dengan kelompok terorisme karena tidak memiliki standar edukasi yang baik," ungkap suami artis Marcela Zalianty ini.

Berita Rekomendasi

Selain itu, lanjut Nanda, dari fenomena bergabungnya Warga Negara Indonesia (WNI) dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), ia menilai faktor finansial menjadi salah satu alasan utama.

Meski demikian, ia juga tidak menafikan hal itu karena pemahaman mereka yang salah tentang ajaran agama Islam, terutama terkait jihad.

“Mereka yang gabung ISIS ini karena diiming-iming dapat penghasilan besar. Padahal kenyataanya tidak seperti itu," tutur mantan pembalap A1 GP ini.

Ia mengimbau generasi muda diberikan pemahaman yang benar tentang bahaya paham kekerasan dan terorisme.

Untuk itu, ia memberikan apresiasi tinggi kepada BNPT yang terus konsisten melakukan sosialisasi, baik itu melalui dialog dan workshop ke berbagai lapisan masyarakat, terutama generasi muda, seperti Dialog Pencegahan Paham Radikal Terorisme dan ISIS di Kalangan Pemuda Indonesia di Bandung, 15 Oktober ini.

Salah satu narasumber dalam dialog itu adalah mantan teroris yang terlibat dalam pembajakan pesawat Garuda Woyla dan Pengeboman Masjid Istiqlal, Ustaz Ismail.

Pada kesempatan itu, Ustaz Ismail yang telah tertobat, menyatakan penyesalannya atas apa yang pernah ia perbuat di masa lalu. Ia berharap tidak seorangpun, terutama generasi muda, yang mengikuti jejaknya karena aksi terorisme adalah perbuatan nistas.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas