Yenny Wahid Sebut Peristiwa Singkil Coreng Kehidupan Toleransi di Indonesia
The Wahid Institute meminta semua pihak untuk menahan diri dan tidak terpancing isu maupun provokasi
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan TRIBUNnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA –Direktur The Wahid Institute, Yenny Wahid menyesalkan masih adanya Peristiwa Penyerangan rumah ibadah di Indonesia seperti terjadi di Singkil, Aceh.
Sebelumnya, tiga bulan yang lalu pada bulan Juli 2015 disaat umat Islam merayakan Hari Raya Iedul Fitri, bangsa ini dikejutkan oleh adanya insiden pembakaran tempat ibadah di Tolikara, Papua. Insiden tersebut dilakukan oleh sekelompok massa yang berupaya mengusik ketenangan di tanah Papua.
"Belum pulih luka bangsa ini tentang peristiwa tersebut, kini kita kembali dikejutkan oleh peristiwa yang mencoreng kehidupan toleransi di Indonesia," ujar Puteri Presiden Keempat RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini kepada Tribun, Kamis (15/10/2015).
Insiden pembakaran Gereja yang terjadi di Aceh Singkil cukup mengejutkan dan apabila tidak disikapi dengan baik akan berdampak pada terciptanya keresahan berkepanjangan di masyarakat.
Karena itu tegas Yenny, The Wahid Institute meminta semua pihak untuk menahan diri dan tidak terpancing isu maupun provokasi yang berkembang dan berusaha keras mencegah adanya kekerasan lanjutan terjadi, maupun berulangnya insiden serupa ditempat lain.
The Wahid Institute juga mendorong aparat hukum khususnya aparat kepolisian untuk mengusut dan mengungkap kasus tersebut secara transparan.
Dia pun mengajak para pihak yang terlibat dalam insiden dan juga masyarakat umum untuk senantiasa menjunjung tinggi sikap tawadu’ (rendah hati), toleran dan moderat sebagaimana selama ini terjalin baik di negeri ini dan sudah mewarnai kehidupan bermasyarakat di manapun berada.
"Kami menghimbau agar masyarakat tetap memberikan kepercayaan dan dukungan kepada Pemerintah Aceh, khususnya Kabupaten Singkil, untuk dapat menyelesaikan persoalan itu secara baik dan adil, melalui cara-cara yang damai dan mendorong penyelesaian melalui dialog yang melibatkan semua pihak terkait," cetusnya.
Yenny mendorong aparat untuk melakukan investigasi mendalam agar terpetakan kasusnya dengan jelas. Selain juga melakukan penindakan dengan tegas dan mencegah peristiwa ini ditunggangi oleh sekelompok massa yang tidak menginginkan Indonesia damai.
“Membiarkan penyelesaian kasus ini berlarut-larut akan memancing kesimpangsiuran informasi dan menyuburkan berita-berita provokatif yang pada akhirnya akan berkontribusi besar dalam menciptakan iklim intoleransi di Indonesia,“ tambah Yenny Wahid, direktur The Wahid Institute, sebuah yayasan yang berjuang untuk terus menegakkan toleransi dan kehidupan harmonis antar umat beragama di Indonesia.
Dalam alam demokrasi, jelas dia, masyarakat harus menunjukkan sikap saling menghormati perbedaan dan keyakinan beragama. Ketidaksamaan pandangan harus disikapi dalam koridor saling mencari solusi dan bukan main hakim sendiri.
Dia ingatkan, konstitusi Republik ini tidak membedakan antara kelompok mayoritas maupun minoritas. Semua sama dimata hukum.
Karenanya semua warga apapun latar belakang agama dan keyakinanannya, ras dan sukunya maupun perbedaan sosial lainnya, harus tunduk pada aturan hukum yang berlaku dan disepakati bersama.
"Ketundukan pada hukum merupakan wujud kepatuhan warga pada eksistensi NKRI yang kita cintai.” tandas Yenny.