Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kontras Nilai Jaksa Agung HM Prasetyo Persulit Presiden Jokowi

Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan, Haris Azhar, menyampaikan saran untuk Jaksa Agung

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in Kontras Nilai Jaksa Agung HM Prasetyo Persulit Presiden Jokowi
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Aktivis HAM Hendardi dan Haris Azhar menggelar jumpa pers terkait pembentukan Tim Pengungkap Kebenaran Kasus Pelanggaran HAM Masa Lalu, di kantor Kontras, Jakarta Pusat, Kamis (9/7/2015). Aktivis meminta Presiden Joko Widodo menunda langkah rekonsiliasi tanpa pertanggungjawaban dan tetap mendorong Kejaksaan Agung untuk menindaklanjuti tujuh berkas pelanggaran HAM berat masa lalu hasil penyelidikan Komnas HAM dengan cara transparan. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan, Haris Azhar, menyampaikan saran untuk Jaksa Agung Republik Indonesia Muhammad Prasetyo.

"Sudah cukup satu tahun. Dalam beberapa hari ke depan, sebaiknya dia tahu diri dan beres-beres barang. Kalau dia sudah setahun ini, kita anggaplah gajinya dia, dan jabatannya dia itu sebagai sedekah bangsa terhadap si HM Prasetyo," ujar Haris seusai menggelar Konferensi Pers di Kantor ICW, Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu (25/10/2015).

Menurut Haris sudah saatnya Prasetyo digantikan atau mengundurkan diri dari jabatannya saat ini, Jaksa Agung. Ia menilai Prasetyo telah gagal, bahkan merusak peran-peran Jaksa Agung.

"Misalnya gagal memanfaatkan wewenang ketika ada kasus-kasus kriminalisasi yang ditangani Polisi. Dia juga diam saja dalam banyak kasus, contohnya pada kasus Abraham Samad," ucapnya.

Tak hanya itu, Haris juga memaparkan, dalam beberapa kasus Hak Asasi Manusia (HAM), Prasetyo dinilai mempersulit Presiden RI Joko Widodo. Padahal Jokowi berjanji untuk membuat Komite Kepresidenan untuk menyelesaikan permasalahan HAM berat.

"Nah dia justru mengusulkan untuk rekonsiliasi. Itu menyimpang dari janjinya Presiden," kata Haris.

Berita Rekomendasi

Alasan lainnya, Prasetyo merusak kredibilitas Indonesia di mata Internasional terkait hukumn mati. Padahal hukuman mati di dunia hanya dilakukan pada hal-hal tertentu.

"Dia tidak argumentatif. Dia mendorong proses hukuman mati dengan cara bergelombang, dan itu mendapat tekanan (Internasional). Justru dialah yang menciptakan kegaduhan di negeri ini," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas