87 Tahun Sumpah Pemuda, Spirit Berbangsa Satu Justru Memudar
Denny mencatat 10.000 ribu nyawa sudah melayang karena konflik primordial antar anak bangsa
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
"Konfik anak bangsa.
Sudah menelan 10 ribu nyawa.
Itu terjadi sejak reformasi sembilan delapan
Justru di era datangnya kebebasan.
"Kristen- Muslim konflik di Maluku
Itu tahun 99-2002
Dayak- Madura konflik di Sampit.
Itu tahun 2001
Etnis Tionghoa dizalimi di Jakarta.
Itu tahun 98
Ahmadiyah diusir di Mataram.
Itu sejak tahun 2003
Etnis Bali ditindas di Lampung Selatan.
Itu tahun 2010"
"Mereka semua anak bangsa
Mereka tulen indonesia
Namun mereka saling menerkam
Ingin saling meniadakan"
itulah dahak di kerongkonganku
Mengapa sumpah pemuda itu
Gagal kubaca selalu
Soal mimpi Bangsa Indonesia yang satu
Hanya tertulis di buku
Panca inderaku memberontak-membara
Tak mau ikut bersandiwara
"Tapi Umar," ujar Mona
Kita harus mulai dengan mimpi Indah
Itu untuk gelora
Mengubah realita."
Ujar Umar: "mimpiku telah dikalahkan realita
"Lihatlah di Mataram pengungsi Ahmadiyah
Lihatlah di Sampang pengungsi Syiah
"Lihatlah 250 perda dari Aceh hingga Papua
Lihatlah kesewenangan kepala daerah
Mereka mendiskriminasi warga negara
Mona diam merenung
Dilihatnya wajah Umar yang murung
Dulu Umar begitu berkobar
Kini ia layu seperti telur dadar
Mona tak ingin seperti Umar
Hatinya harus terus berkoar
Mimpi tak boleh henti
Sejarah baginya seindah pelangi
Dulu begitu banyak diskriminasi
Tumbuh di semua negeri
Kini bertukar sudah dengan prinsip hak asasi
Spirit Sumpah Pemuda ditumbuhkannya di hati
Ia sangat meyakini
Dengan perjuangan anak negeri
Akan datang sebuah negeri
Indonesia Tanpa Diskriminasi
(Denny JA, 28 Okt 2015)