Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gajinya Belum Cair, Dokter Andra Batal Traktir Makan Keluarga Besarnya

Niatan yang tadinya hendak mentraktir makan pun batal. Andra hanya mentraktir minum keluarga besarnya.

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Gajinya Belum Cair, Dokter Andra Batal Traktir Makan Keluarga Besarnya
Tribunnews/Irwan Rismawan
Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek menyambut jenazah dokter Dionisius Giri Samudra atau dokter Andra setibanya di Terminal Cargo Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (13/11/2015). Dokter Andra meninggal saat sedang bertugas di Kepulauan Aru, Maluku akibat terkena infeksi otak yang disebabkan oleh virus campak. Selanjutnya jenazah dibawa ke rumah duka untuk disemayamkan. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN) 

Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Agus Ruswanto (57), paman Dionisius Giri Samudro (Andra), dokter yang meninggal saat bertugas sebagai dokter internsif di Dobo, Kepulauan Aru, Maluku mengatakan gaji bulan oktober keponakannya tersebut belum cair.

Hal itu diketahui ketika Andra akan mentraktir makan dirinya dan keluarga beberapa hari yang lalu.

"Saat cuti kemarin dia mengajak keluarga makan di luar, hanya saja saat akan mengambil uang, ternyata dia bilang gajinya belum turun," ujar Agus di rumah duka, Pamulang Indah, Jalan Cempaka blok B6 nomor 5 komplek MA, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (13/11/2015).

Sebelum meninggal Andra sempat mengambil cuti selama 10 hari untuk pulang ke Pamulang, Tangerang Selatan, Banten. Andra Cuti sejak 24 Oktober hingga 5 November 2015.

Niatan yang tadinya hendak mentraktir makan pun batal. Andra hanya mentraktir minum keluarga besarnya. Andra menurut Agus sangat menyayangi keluarga dan berjiwa sosial tinggi. Sudah dilarang mentraktir pun ia memaksakan.

"Ia masih punya uang Baht (mata uang Thailand), jadi ia tukarkan itu untuk traktir keluarga dan ongkos kembali ke Dobo," paparnya.

Berita Rekomendasi

Sementara itu secara terpisah ayah Andra, Agustinus Mudjianto (57) mengatakan, selama menjadi dokter internsif, anaknya berpenghasilan Rp 2,5 juta. Sebagian dari uang tersebut ia kirimkan untuk keluarga di Pamulang, Banten.

"Ia tidak pernah mengeluh meskipun gajinya hanya Rp 2,5 juta per bulan. Sebagian malah ia sisihkan untuk keluarga," katanya.

Sementara itu menurut Deni, salah seorang teman Andra yang juga mengikuti program dokter internsif, gaji sebagai dokter di pelosok tersebut diberikan melalui transfer. Gaji baiasanya dikirim pada akhir atau awal bulan.

"Biasanya melalui transfer bank BRI," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas