Pelaku Teror Paris Pernah Belajar di Indonesia, BNPT: Kita Khawatir Ada Anak Muda yang Bawa Dia
Frederick Salvi alias Ali hanya belajar dan silaturahmi biasa dan tidak ada kaitannya dengan aksinya di Paris
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Salah satu tersangka teror Paris Frederick Salvi alias Ali pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Al Jawami, Bandung, Jawa Barat.
Terkait hal tersebut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut bahwa Frederick Salvi alias Ali hanya belajar dan silaturahmi biasa dan tidak ada kaitannya dengan aksinya di Paris.
Hal tersebut didapat dari penjelasan pimpinan pondok pesantren Al Jawami, Kiai Haji Imang Abdul Hamid.
"Hanya kita khawatirkan ada anak muda Indonesia yang membawa dia ke sini. Bisa saja dia beralasan mau mencari salah satu pesantren dengan alasan belajar, tapi pada akhirnya membawa misi mereka mau menyebarkan paham jihad. Pesantren ini memang harus diproteksi karena rentan anak-anak muda yang nyantri digiring untuk berjihad versi ISIS. Intinya, pesantren harus bisa menyuarakan makna jihad yang sebenarnya dan Islam yang rahmatan lil alamin," ujar Juru Bicara BNPT Irfan Idris MA dalam pernyataannya di Jakarta, Jumat (20/11/2015).
Irfan juga meminta agar pemerintah, dalam hal ini Presiden Joko Widodo wajib membuat instruksi ke seluruh komponen bangsa, terkait antisipasi serangan ISIS ke Indonesia.
Ini penting karena mau tidak mau, Indonesia adalah telah menjadi 'bagian' ISIS dengan masih adanya 364 WNI yang bergabung dengan ISIS di Suriah.
Apalagi dari pernyataan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian yang telah memantau keberadaan kantung-kantung ISIS di Indonesia.
"Meski dianggap rendah atau sedikit, tapi kalau ada dimana-mana, tentu itu akan sangat berbahaya. Mungkin terornya tidak sebesar Paris, tapi itu bisa menjadi pesan bahwa mereka masih ada dan eksis. Dan faktanya jelas seperti kasus Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PSTP) dan Investasi BP Batam Dwi Djoko Wiwoho yang gabung ke ISIS, juga 2 pemuda Indonesia asal Pekanbaru yang ditangkap di Singapura, serta kasus serupa di Korea Selatan," ujar Irfan.