Maroef Curiga ada Kepentingan Bisnis yang Ingin Dilakukan Setya Novanto
Dia pun curiga ada kepentingan bisnis yang ingin dilakukan oleh Setya Novanto pada 8 Juni 2015.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Direktur Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin menilai tidak etis Ketua DPR Setya Novanto membawa seorang pengusaha untuk bertemu dirinya.
Dia pun curiga ada kepentingan bisnis yang ingin dilakukan oleh Setya Novanto pada 8 Juni 2015.
Ditambah lagi, penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh seorang pengusaha di depannya seorang Ketua DPR.
"Ada upaya untuk melakukan kegiatan bisnis. Keinginan berbisnis karena membawa seorang pengusaha," ujar Presdir Freeport ini dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), Jakarta, Kamis (3/12/2015).
Hal itu disampaikannya menjawab pertanyaan Politikus NasDem Akbar Faisal terkait rekaman pertemuan dengan Ketua DPR Setya Novanto dan pengusaha minyak Muhammad Riza Chalid pada 8 Juni 2015.
"Iya benar sepertinya ada upaya berbisnis, karena ada seorang pengusaha di situ," jawabnya kemudian.
Hal itu juga kata dia, terlihat ketika ada upaya untuk meminta 20 persen saham, yakni 20 persen dengan rincian 11 persen untuk Presiden dan 9 persen untuk Wapres. Juga meminta bisnis PLTA.
"Itu dalam meminta untuk melakukan bisnis," jelasnya.
Presdir Freeport ini mengakui merekam pembicaraan dalam pertemuan dengan Ketua DPR Setya Novanto, pengusaha Riza Chalid dan dirinya.
Perekaman dilakukan dalam pertemuan ketiga di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, pada 8 Juni 2015.
"Saya rekam, ini inisiatif saya," kata Maroef.
Maroef mengaku, tindakan itu dia lakukan karena khawatir atau curiga atas permintaan Riza untuk bertemu kembali.
Ia lalu meminta stafnya untuk menghubungi staf Novanto apakah benar ingin bertemu kembali.
Ternyata dibenarkan. Adapun lokasi dan tempat pertemuan ditentukan oleh Staf Novanto.
Sebelum bertemu, Maroef mengaku khawatir karena dirinya hanya sendiri.
"Ketua DPR berdua. Saya berpikir ini bagian akuntabilitas saya bahwa saya dapat mandat dari perusahaan. Saya khawatir berdasarkan pertemuan kedua," kata mantan Wakil Kepala BIN itu.
Dalam sidang itu, ia sempat memperagakan bagaimana dia merekam dengan ponsel. Saat pertemuan dimulai, Maroef mengaku ponselnya sudah melakukan perekaman.
Ia mengaku ponselnya selalu ditaruh di atas meja sepanjang pertemuan. Saat itu, Novanto duduk di sebelah kanan Maroef dan Riza di sebelah kirinya.
Dalam sidang MKD pada Rabu (3/12/2015), salinan rekaman sudah diserahkan Menteri ESDM Sudirman Said sebagai pelapor Ketua DPR. Rekaman itu juga sudah diputar.