Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Awalnya, AKBP Untung Hendak Ngopi di Starbucks 

AKBP Untung Sangaji kini menjadi tenar di masyarakat. Sosok polisi ini sangat berani, rela bertaruh nyawa

Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Gusti Sawabi
zoom-in Awalnya, AKBP Untung Hendak Ngopi di Starbucks 
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Ipda Tamat (kiri) bersama AKBP Untung Sangaji menjadi pembicara pada diskusi polemik di Jakarta Pusat, Sabtu (16/1/2016). Ipda Tamat dan AKBP Untung Sangaji menjadi salah satu Polisi yang berada dilokasi penembakan pada aksi teror dikawasan Sarinah pada Kamis (14/1/2016) lalu. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

‎Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - AKBP Untung Sangaji kini menjadi tenar di masyarakat. Sosok polisi ini sangat berani, rela bertaruh nyawa dalam baku tembak dengan teroris di Thamrin, Jakarta Pusat pada Kamis (14/1/2016) lalu.

Bahkan lantaran menggunakan pakaian serba putih dan memegang senjata, awalnya media sempat memberitakan AKBP Untung ialah pelaku teroris.

Ketika ditemui di Mabes Polri, Senin (18/1/2016) kemarin, Untung ‎mengaku ia sangat beruntung dan memang namanya membawa keberuntungan.

Pasalnya, kala itu usai bertugas mengamankan jalur ‎ring 1 atau VVIP mulai dari istana hingga Bundaran HI. Lalu ia dan rekannya Ipda Tamat Suryani mencari tempat untuk ngopi.

"‎Usai bertugas, saya mau ngopi sama Ipda Tamat. Rekan saya ini kalau ngopi harus sambil merokok. Kami cari tempat di Sarinah, dan sudah masuk ke Starbucks," kata Untung.

‎Karena di Starbucks tak bisa merokok, Untung dan Tamat mencari cafe lainnya, dapatlah Cafe Walnut, di Sarinah. Dimana mereka bebas ngopi dan merokok di ruangan ber AC.

Berita Rekomendasi

Belum sampai 10 menit di Walnut, ‎tiba-tiba

terdengar suara dentuman. Awalnya Untung mengira itu suara ban meledak, karena saat ia berkantor di Jakarta Utara, sering terdengar suara seperti itu.

"Saya keluar karena saya pikir ban mobil, tapi kok hehonya kencang sekali. Apalagi getaran yang dirasakannya berbeda dengan dentuman biasa, saya keluar mengecek," ungkap Untung.

Saat itu, Untung mendapati ratusan orang berlari-lari di pinggir jalan. Segera ia memerintahkan Ipda Tamat dengan bahasa sandi khusus melakukan safety system.

Dua perwira di Densus 88 Antiteror Mabes Polri itu pun, memulai aksi heroiknya. Mereka masing-masing mengecek jumlah pelurunya. Untung mendapat laporan dari Tamat bahwa peluru yang dimiliki ada 20.

"Saya lalu melapor ke Kepala Satuan Tugas Wilayah Jakarta dan Banten Densus 88 Antiteror Mabes Polri Kombes Urip Widodo. beliau (Kombes Urip) mengatakan laksanakan tugas dengan semua keahlian yang kamu miliki sambil menunggu pasukan lain datang". Saya jawab "siap", saya lakukan"," terang Untung.

Setelah itu, bergegaslah Untung dan Tamat menuju sumber ledakan. Ketika melihat korban berjatuhan di dekat pos polisi lalu lintas Sarinah, Untung langsung mengokang senjata.

Dengan pistol di tangan, Untung mengecek ke lokasi, menyisir dan memastikan apakah ada bom lain. Karena saat itu ia berfikir hanya di pos polisi yang meledak.

Dalam rangkaian peristiwa itu, Untung sempat baku tembak dengan para pelaku tanpa pelindung apapun. Kala itu, yang ada di pikiran Untung hanyalah menindak pelaku dan menyelamatkan nyawa masyarakat.

"Kenapa saya segila itu? Karena saya harus menyelamatkan ‎nyawa masyarakat. Lebih baik saya yang gugur saat itu dibanding ratusan masyarakat jadi korban. Saya masih selamat, ya beruntung karena memang nama saya Untung," tambahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas